Rabu, 19 September 2007

RENUNG

Wawancara Permadi, SH:
Satrio Piningit Akan Muncul


--------------------------------------------------------------------------------
Ramalan kadang diperlukan manusia. Bisa untuk hiburan, sekadar ingin tahu, menguatkan sugesti, atau juga, untuk kepentingan politik--meski kadangkala hasilnya meleset. Salah satu tokoh yang laris ditanya perkara ramal-meramal, dan kadang hasilnya sedikit ampuh, siapa lagi jika bukan Permadi, SH., 56 tahun. Tokoh yang gemar berpakaian serba gelap ini sepertinya tak pernah luput dari incaran pers untuk soal macam begini. "Saya tahu pasti pers akan mendatangi saya bila mau akhir tahun," tuturnya pada suatu kesempatan.
Kendati demikian, sarjana hukum lulusan Universitas Indonesia ini tetap saja mau mengeluarkan jurus-jurus ramalnya. Dan ketika Hani Pudjiarti dan Bina Bektiati dari TEMPO Interaktif datang ke rumahnya yang antik dan penuh dengan kicauan cucakrawa di Kayu Putih, Rawamangun, Jakarta, pada 10 Desember kemarin, Permadi pun bicara nyaris tanpa henti. Ia lalu menyebut tahun 1997 sebagai tahun ketidak-pastian. Apa pasal? Bagaimana ia mendasarkan setiap ramalannya? Berikut petikannya.


--------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana ramalan Anda tentang situasi dalam negeri pada tahun 1997?

Memprediksikan Indonesia tidak bisa terlepas dari kondisi makro dunia internasional dan makro jagad raya yang lebih luas: tata surya kita. Beberapa tahun terakhir ini, tata surya kita mengalami gangguan. Yaitu terjadi konjungsi antara planet Saturnus-Neptunus- Bumi. Akibat terlalu lamanya konjungsi yang diselesaikan pada 1995 kemarin, maka yang diterima bumi ini sampai 1998, berupa keberingasan alam dan manusia. Ditambah terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan. Menurut perhitungan Jawa, bulan ini dan tahun berikutnya akan terjadi tabrakan antara planet Yupiter dan komet-komet Levistra.
Peristiwa itu akan menyebabkan terjadinya pengaruh bencana alam yang lama, yakni sejak 1990 sampai 1998 nanti. Dunia akan penuh dengan berbagai gejolak yang ditimbulkan oleh alam dan manusia. Misalnya: banjir, timbulnya penyakit mewabah , keberingasan individu, perkosaaan, perampokan, tawuran, perang lokal dan internasional. Sejak 1990 kejadian ini sudah dimulai dan berlanjut sampai 1998. Klimaksnya akan kita temui pada 1997. Hanya saja, tahun 1997 nanti boleh dikata the unpredictable years. Maksudnya, tahun yang tidak bisa diprediksi keseluruhannya secara ilmiah, baik di bidang ekonomi, politik, sosial, hankam dan sebagainya. Kalau di Indonesia sendiri, karena pengaruh konjungsinya belum berakhir sejak 1995 kemarin, maka sampai 1997 nanti gejala-gejala bumi makin panas.

Kalau begitu, kondisi di seluruh dunia bisa kacau?

Ya. Karena dunia sudah kacau. Ini ditandai dengan maraknya dunia yang sudah menimbulkan kerusuhan-kerusuhan seperti pemboman, teroris, pembunuhan separatis dan sebagainya. Ini tersebar dari Yugoslavia, Afrika, Timur Tengah dan di Indonesia sendiri. Pokoknya, tidak ada negara yang tidak ribut. Nah, hari-hari yang semakin mendekati klimaksnya menjelang tahun 1997, sebagai tahun yang sulit diramalkan, maka tak ada satu ilmu pun termasuk ilmunya Habibe yang mampu menguasai perubahan -perubahan alam secara tepat.
Mengapa dibilang tahun yang tak bisa diprediksikan secara ilmiah?


Di sana ada hal-hal yang tak bisa ditebak dan dicegah, seperti hancurnya bumi oleh komet, mencairnya kutub-kutub es, dan sebagainya. Karena semua belum ada yang mampu menanggulanginya, sehingga akan terulang lagi kasus Sodom dan Gomorah, kasus Nabi Nuh. Pokoknya, akan bangkit soal kesewenangan di lapisan dunia. Di Indonesia juga begitu. Yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Lihat kasus Marsinah, kasus 27 Juli, kasus Udin dan sebagainya. Semuanya dilakukan oleh political egineering (rekayasa politik) yang dirancang menjadi bermakna negatif. Rekayasa bahkan menjustifikasi kesalahan menjadi kebenaran. Perlakuan manusia terhadap manusia ini sudah menimbulkan keprihatinan,dan penderitaan luar biasa. Mereka menjadi gampang marah, tidak mampu mengekspresikan kebaikan karena ketakutan yang diterima.
Bisakah sekarang disebut sebagai zaman edan? Contohnya?


Ciri-ciri zaman edan menurut bait-bait syair Joyoboyo, ya, persis seperti sekarang. Bait itu mengatakan, bila sistim pemerintahnya, para penguasanya, bertindak sewenang-wenang , yang di atas menjilat dan menindas yang di bawah, korupsi merajalela, rakyat kecil hanya bisa menangis, moral akan rusak, maka menunjukkan ke arah sana. Semua ini sebenarnya sudah tergambar pada seribu tahun lalu, yang menyebutkan, besok tumakaning (kalau sudah sampai, Red) zaman edan. Akan banyak anak tanpa bapak, orang laki-laki jadi perempuan, dan orang perempuan menjadi laki-laki, laki-laki kehilangan keperwiraannya, orang perempuan kehilangan rasa malunya. Akan terjadi perkosaan, pembunuhan, dan sebagainya.
Kalau Pak Harto, akan menjadi Presiden lagi atau tidak?

Kalau menurut prediksi saya, tidak.
Bahkan tidak akan menyelesaikan tahun ini?

Ya.
Mengapa tidak menyelesaikan?

Karena saya yakin bila Pak Harto harus mundur, itu mungkin. Jika dilihat usianya, bisa saja sakit. Arahnya ke ketidakmampuan beliau seperti Deng Xoping, atau Kim Il Sung yang meninggal dan putra mahkotanya belum tentu mempunyai potensi yang sama. Seperti juga Yeltsin (yang terserang jantung) dan sebagainya. Semua muncul karena hukum alam dan hukum manusia saling memperebutkan kue yang sudah mulai bisa diperebutkan dan penjaganya mulai lengah.
Bila Pak Harto tidak mampu menyelesaikan jabatannya ini, apa yang akan terjadi?

Saya kembalikan ke Joyoboyo. Karena, ramalan itu mengatakan: kalau puncak zaman edan sudah dicapai, yang terjadi, penyelesaiannya, adalah goro-goro. Gejolak sosial pakemnya Joyoboyo.
Apakah tahun depan kerusuhan antar agama akan terjadi?

Sebagai tahun yang sulit diduga, hal-hal itu akan mewarnai tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Contoh, dengan dijatuhkanya Benazir Bhutto di Pakistan, tidak akan membuat ketenangan, karena dalam satu tahun mendatang akan diteruskan dengan pergolakan-pergolakan. India bergejolak, juga di Myanmar, dan sebagainya. Setelah keluar dari penjara, pernah saya katakan akan terjadi perang besar di Timur Tengah. Orang-orang mentertawakan saya, karena yang terjadi justru perdamaian antara Israel dengan Palestina. Tapi kalau mau jujur, dibalik perdamaian itulah awal dari peperangan akan datang. Ini dimulai dengan pembunuhan para juru damai oleh rakyatnya sendiri seperti Anwar Sadat, Yitzhak Rabin, Simon Peres. Hal-hal yang tidak terduga ini akan memungkinkan terjadinya perang agama, perang politik, dan akibatnya pun sampai ke Indonesia.
Adakah cara untuk mencegahnya?

Tidak ada. Karena seperti yang difirmankan Tuhan: pada zaman Nabi Muhammad akan Kuturunkan seorang penyelamat yang akan menghancurkan jahiliyah, begitu juga zaman Musa, Fir'aun, Nabi Nuh, dan zaman Kristus. Jadi sesungguhnya sudah diberitahukan di Indonesia akan menyaksikan munculnya Ratu Adil atau Satrio Pingitan. Jongko Joyoboyo sudah menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia ini suatu saat akan mempunyai pemimpin yang adil, mau memakmurkan rakyatnya. Mitos-mitos ini banyak sekali diungkap dari mitos Joyoboyo atau sebagai mitosnya kebangkitan kembali Majapahit dan mitos Notonegoro.
Apa isi penting mitos Notonegoro?

Umumnya mempunyai penafsiran cukup luas dan bisa kita analisa secara politik. Maksudnya, bahwa pemimpin Indonesia nama belakangnya Notonegoro. Yang pertama no kebetulan Soekarno, kedua to - Soeharto. Orang lalu tercekam yang ketiga lalu pakai no. Tetapi ada juga jongko-jongko mengatakan Indonesia sebelum masyarakat adil dan makmur ini cuma punya tiga pemimpin yang disebut Satrio Kinengjoro (satria yang dipenjara, Red), Mukti Wibowo (baik dan berwibawa, Red) dan Satrio Piningit. Kebetulan Satrio Kinengjoronya sudah Bung Karno yang selama hidupnya banyak dipenjara. Dan Satrio Mukti Wibowonya Pak Harto yang kaya raya. Sekarang tinggal menunggu Satrio Piningit ya kebetulan tinggal pakai suku kata Negoro. Orangnya apakah Wardiman Djojonegoro, Mochtar Djojonegoro, atau siapa pun.
Kemudian, sekarang, faktor no ketiga ini siapa yang berfungsi menimbulkan goro-goro apakah Tri Sutrisno, Moerdiono, atau Hartono? Kalau Hartono mempunyai potensi untuk no yang ketiga. Sebelum Hartono muncul, saya sudah ngomong, bahwa yang akan menjadi Satrio Piningit ini adalah gabungan dari Soekarno dan Soeharto. Apakah karakternya atau namanya. Lah, kebetulan kok Hartono ini mempunyai gabungan dari Harto dan Soekarno. Dilihat dari hari lahirnya pun sangat berpotensi. Soekarno lahir 6 juni 1901. Soeharto lahir 8 juni 1921. Dan, Hartono lahir 10 juni 1941. Ya urutanya klop. 6, 8 ,10 serta 01, 21, 41. Jadi, dia berpotensi untuk menjadi no ketiga yang menimbulkan goro-goro, baru muncul Satrio Piningit. Ini teori spritual saya sebagai wong jowo yang ngotak ngatik kathuk (sekadar mencocok-cocokan saja, Red)

Menurut Anda, siapa Satrio Piningit itu?

Ya, kalau namanya diketahui bukan Satrio Piningit. Yang jelas sekarang banyak orang merasanya begitu. Sebut saja Habibie -- Harmoko pun begitu. Bahkan, Sri Bintang Pamukas pun sama. Saya beri contoh, antara Soekarno dan Soeharto adalah setengah piningit. Soekarno, kemunculanya sudah diketahui orang sejak dia muda. Cokro Aminoto, Agus Salim dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya sudah paham bila anak muda inilah yang akan menjadi pemimpin. Jadi, kemunculannya sudah diketahui. Tapi, soal tindak tanduknya tidak dapat diketahui. Tiba-tiba keluar dari PBB, bikin Ganevo, dan sebagainya.
Sebaliknya, Soeharto, kemunculannya tidak diketahui dan ndak (ada yang) ngira Pak Harto bisa jadi presiden berhadapan dengan A. Yani, Juanda dan Chairul Saleh. Tetapi, tindakannya semua orang sudah pada tahu, pidatonya mesti begini. Jadi, diapun setengah piningit. Nah yang nanti munculnya tidak diketahui dan tindakanya pun tidak diketahui. Kelak dialah yang akan membesarkan Indonesia tetapi juga akan memakai ajaran Soekarno untuk kebesaran bangsa dan keyakinan Sukarno untuk menjadikan Indonesia sebagai mercusuar dunia. Kelak dunia ini akan hancur, tetapi Indonesia sudah konsolidasi terlebih dahulu dengan Satrio Piningit yang akan menjadikannya negara besar Nusantara seperti mitosnya masyarakat Jawa.

Kalau menurut jongko Joyoboyo, siapa itu Satrio Piningit?

Satrio Piningit itu adalah seorang yang masih berdarah Majapahit. Sebab, kemunculannya berkaitan dengan munculnya kembali kebangkitan Majapahit setelah 500 tahun lalu. Dan kemudian orang banyak yang mengaku-aku dirinya Satrio Piningit . Tetapi dikatakan dalam jongko Joyoboyo, Satrio Piningit ini adalah seorang Majapahit yang berilmu untuk keadilan dan kebenaran orang banyak. Sehingga, disebut Ratu Adil. Dalam perjalan hidupnya, ia sering mengalami kesengsaraan, selalu dipermalukan, sering kesapar ( bernasib malang dan susah, Red), kesandung. Makanya, dia mendapat predikat Satrio Wiragung (ksatria yang agung, Red). Karena hidupnya dipermalukan terus oleh masyarakat, maka dia mempunyai kekuatan seperti nabi. Jadi, dirinya sudah ada, mungkin sudah membaur. Karena waktunya sangat dekat, saya ndak tahu . Sebab kalau saya tahu sudah bukan Satrio Piningit lagi.
Kemunculan Ratu Adil akan ditandai dengan meletusnya gunung Karakatau?

Memang didalam jongko Joyoboyo disebutkan gunung-gunung akan meletus nanti. Seperti, Krakatau, Slamet, dan terakhir gunung Merapi. Yang aneh, dalam jongko Joyoboyo tersebut, disebutkan laharnya akan ke kota Yogya. Padahal, selama ini hanya menuju Magelang. Pada tahun 1994 itu laharnya memang mulai ke kota Yogya, tapi hanya sedikit. Ini semua seperti yang sudah diramalkan 1000 tahun yang lalu sebagai akhir dari segala puncak zaman edan.
Kembali ke Pak Harto. Bila beliau tidak dapat menyelesaikanya akhir jabatan nya pada tahun 1998, apakah akan ada periode yang meminta banyak korban ?

Ya. Kalau referensi saya kembali ke Joyoboyo, ya, memang itu yang akan terjadi goro-goro itu. Dan ini memang tahap milenium ketiga yang memungkinkan selama tiga tahun sejak 1995 sebagai masa transisi kita. Yang jelas penghancuran itu bukan hanya di Indonesia tetapi juga diseluruh dunia oleh alam.
Apakah Satrio Piningit itu laki-laki?

Belum tentu. Seperti yang saya katakan tadi, Indonesia itu meluhurkan wanita sejak dulu. Wanita yang menjadi pemimpin tidak sedikit. Paling tidak, sergaraning nyowo( belahan jiwa, Bed) bisa dilihat dari Ken Dedes, Tri Buawana Tunggal Dewi, Ratu Kalinyamat, dan sebagainya. Mereka sangat hebat dan bagus. Contoh lain, Sultan Hamengkubuwono IX terikat pada ratu Kidul. Sukarno pun mengatakan keterikatannya pada wanita Inggit yang mendampinginya sampai ke gerbang kemerdekaan. Tidak sedikit pula wanita yang jadi raja, jadi panglima perang, seperti Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, Kartini, Cut Nya' Dhien, dan sebagainya.
Kalau memang abad milenium ketiga ini dimulai dengan abad Aquarius memang menguntungkan wanita. Nggak heran melihat kemunculan Indira Gandhi, Margareth Teacher, nyonya Clinton, Aung San Suu Kyi, sampai Megawati. Jadi bisa dikatakan arah ke depan sebagai ladies' years.

Menurut Anda, Megawati mampu jadi pemimpin ?

Setiap pemimpin Indonesia secara pribadi kualifikasi tidak ada yang mampu, kecuali, Bung Karno. Kalau Bung Karno itu sudah sampai saya mengkultuskannya karena sudah seperti dewa. Dia mempunyai pemahaman segala macam. Megawati, Tutut, Hartono, mereka pun masih begitu sempit soal pandangannya. Tetapi memang pemimpin Indonesia mempunyai suatu keistimewaan karena rakyat Indonesia yakin dia menerima wahyu.
Jadi, sekalipun Megawati itu secara kualifikasi individunya tidak mampu, tetapi kalau nanti dia terpilih, maka, akan didampingi konsep orang Jawa sebagai pemimpin yang dekat dengan para leluhurnya. Seperti halnya Bung Karno: mengapa bisa besar - karena diyakini oleh Gajah Mada yang mampu mempersatukan Indonesia ber-Bhineka Tunggal Ika beribu pulau, beribu etnis disatukan pada Sumpah Palapanya. Lalu, Pak Harto yang didampingi para leluhur tertentu sehingga mampu bertahan didalam segala guncangan.

Jejak Misteri Prabu Joyoboyo Di Kediri

Ramalan Joyoboyo oleh sebagian masyarakat Jawa hingga kini masih dipercayai. Isinya termasuk pergulatan sosial-politik di Tanah Jawa rentang masa lalu hingga kekinian. Sejumlah tokoh politik sering datang ke petilasannya. Ada yang menyelenggarakan kirab pusaka. Maklum, ada ramalan siapa presiden hasil Pemilu nanti.

Petilasan Raja Kadiri Prabu Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri masih ‘dipuja-puja’ oleh sekalangan orang. Di lokasi itulah diyakini sebagai tempat Prabu Joyoboyo melakukan moksa (jasadnya menghilang).

Prabu Joyoboyo dikenal sebagai raja Kadiri tersohor yang bertahta sekitar abad X. Berarti, pada masa sebelum Kerajaan Singosari di Malang maupun Majapahit di Mojokerto berdiri.

Raja ini juga terkenal dengan ramalannya yang populer, yakni buku primbon Ramalan Joyoboyo. Isi buku ramalan itu, di antaranya, mengenai pergulatan sosial-politik yang akan terjadi di Tanah Jawa rentang masa lalu hingga kekinian. Sebagian masyarakat Jawa hingga kini masih mempercayai ramalan tersebut.

Sebagai tempat yang disakralkan, petilasan Prabu Joyoboyo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal. Apalagi yang tertarik dengan dunia mistik dan supranatural.

Tidak mengherankan, kalau petilasan Prabu Joyoboyo tak pernah sepi dari pengunjung. Terlebih-lebih lagi setiap malam Jumat Legi, pendopo hingga pelataran bangunan selalu dipadati orang-orang dari berbagai tempat.

Pengunjung tidak hanya dari sekitar Kediri saja, bahkan rombongan-rombongan dari Bali juga banyak yang datang ke sana. Konon, Empu Baradah yang hidup pada masa Prabu Joyoboyo, juga berasal dari Bali.

Wisatawan ada yang datang sekadar untuk melihat-lihat suasana saja. Tetapi, tidak sedikit pula yang berniat lain. Misalnya, agar mendapat keselamatan dan ketenangan hati, dimudahkan jalan rejeki, mudah mendapat jodoh, pangkat dan sebagainya.

Minggu tadi, saya berkunjung ke tempat itu untuk melihat lebih dekat. Saya berangkat pagi dari Surabaya mengendarai sepeda motor melewati Kota Mojokerto dan Jombang.

Jarak Surabaya - Kediri sekitar 100 kilometer. Supaya perjalanan lebih cepat, saya mengambil jalan pintas. Selepas dari Kota Jombang, lalu saya menerobos lewat jalan perdesaan di Kecamatan Plemahan dan Kecamatan Pagu.

Walaupun jalan ini melalui desa-desa, tetapi kondisinya cukup bagus. Kondisi jalan datar, lurus dan beraspal mulus. Di kanan kiri merupakan tanah pertanian dengan tanaman padi, tebu dan hortikultura.

Bagi yang belum pernah ke sana, sebaiknya melewati jalan yang dilalui kendaraan umum saja. Dari Surabaya langsung naik bus jurusan Kediri. Tiketnya cuma cuma Rp7.000-an. Baru setelah tiba di Kediri, ganti kendaraan yang lebih kecil.

Tepat tengah hari saya tiba di Desa Menang. Ternyata benar, tempat ini tak sepi dari orang. Ketika saya tiba tengah hari serombongan orang sudah ada di sana. Kata seorang penjaga, baru saja ada satu tokoh politik dari Jakarta berkunjung ke sana.

Belum lama ini, di petilasan ini juga diselenggarakan kirab pusaka yang dihadiri mantan presiden Abdurahman Wahid (Gur Dur) dan raja dari tujuh kerajaan di nusantara.

"Sekarang belum seberapa banyak. Nanti kalau tanggal 1 Syuro di sini padat sekali. Silakan datang, akan digelar satu acara," ujar Amat Kandari, juru kunci petilasan.

Acara ritual selalu diadakan setiap tanggal 1 Syuro dalam penanggalan Jawa oleh kerabat keraton dari Solo. Ini merupakan acara paling besar.

Setelah mendapat penjelasan sejenak dari juru kunci, saya kemudian mengambil beberapa foto. Tetapi, baru beberapa jepretan, buru-buru ada seseorang memperingatkan agar minta izin lebih dulu kepada penunggu petilasan. Konon, penggambilan gambar tanpa seizin sering menemui kegagalan.

Petilasan Prabu Joyoboyo sendiri, hanyalah batu dikelilingi bangunan beton dan pagar keliling di pinggiran Desa Menang. Bangunan itu didirikan tahun 1970-an. Sebelumnya, petilasan itu hanya merupakan batu dan pepohonon.

Cerita-cerita dibalut mistik masih cukup kuat menyertai di seputar petilasan ini. Ketika saya masuk di kompleks petilasan, beberapa orang sudah ada di sana.

Sebagian duduk-duduk mendengarkan penjelasan juru kunci tentang buku Ramalan Joyoboyo. "Menurut buku ramalan Joyoboyo, presiden mendatang adalah orang yang papa. Artinya, ditingal kedua orangtuanya sejak kecil. Siapa itu, silakan cari sendiri," ujar juru kunci tadi.

Pengunjung yang baru tiba, biasanya ditanya juru kunci apa maksud kedatangannya. Bagi pengunjung yang ingin melakukan hajat, akan diantar juru kunci hingga masuk ke petilasan untuk melakukan ritual tertentu.

Tetapi, kalau hanya sekadar berkunjung, hanya diizinkan melihat petilasan dari celah-celah beton. Di dalam pagar kompleks berdiri beberapa pohon besar yang bisa menyejukkan suasana.

Di komplek ini sebenarnya masih terdapat beberapa tempat yang diyakini sakral. Dua meter sebelah timur dari petilasan diyakini sebagai tempat Prabu Joyoboyo meletakan pakaian sebelum moksa. Lokasi ini disebut tempat tukar busana.

Duapuluh meter sebelah utara petilasan, terdapat bangunan mirip mahkota. Di tempat itulah diyakini dahulu digunakan sebagai tempat meletakkan mahkota raja.

Tidak jauh dari tempat ini, ada satu lokasi lagi yang dianggap sakral. Yakni, petilasan Resi Mayangkoro. Dari petilasan mahkota raja, kira-kira hanya 100 meter di sebelah timur.palopo abdurahman

"JONGKO JOYO BOYO"
==Ronggowarsito==


Iki sing dadi tandane zaman kolobendu (Ini yang menjadi tanda zaman
kehancuran)
1. Lindu ping pitu sedino (Gempa bumi 7 x sehari)
2. Lemah bengkah (Tanah pecah merekah)
3. Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara (Manusia
berguguran, banyak yang ditimpa sakit)
4. Pagebluk rupo-rupo (Bencana bermacam-macam)
5. Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati (Hanya sedikit
yang sembuh, kebanyakan meninggal)
Zaman kalabendu iku wiwit yen, (Zaman ini ditandai dengan)
1. Wis ana kreto mlaku tampo jaran (Sudah ada kereta yang
berjalan tanpa kuda)
2. Tanah jawa kalungan wesi (Tanah Jawa dikelilingi besi (mungkin
maksudnya Rel kereta kali ya :Red))
3. Prau mlaku ing nduwur awang-awang (Perahu berjalan di atas
awan melayang layang)
4. Kali ilang kedunge (Sungai kehilangan danaunya)
5. Pasar ilang kumandange (Pasar kehilangan keramaianya)
6. Wong nemoni wolak-walik ing zaman (Manusia menemukan jaman
yang terbolak-balik)
7. Jaran doyan sambel (Kuda doyan makan sambal)
8. Wong wadon menganggo lanang (Orang perempuan mempergunakan
busana laki-laki)
Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya,
nanging zaman iku sabenere zaman ajur lan bubrahing donya. (Zaman
kalabendu itu seperti jaman yang menyenangkan, jaman kenikmatan dunia,
tetapi jaman itu sebenarnya jaman kehancuran dan berantakannya dunia)
1. Mulane akeh bapak lali anak (Oleh sebab itu banyak bapak
lupa sama anaknya)
2. Akeh anak wani ngalawan ibu lan nantang bapak (Banyak anak
yang berani melawan ibu dan menantang bapaknya)
3. Sedulur pada cidro cinidro (Sesama saudara saling
berkelahi)
4. Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane
(Perempuan kehilangan rasa malunya, Laki-laki kehilangan rasa
kejantanannya)
5. Akeh wong lanang ora duwe bojo (Banyak Laki laki tidak
punya istri)
6. Akeh wong wadon ora setia karo bojone (Banyak perempuan
yang tidak setia pada suaminya)
7. Akeh ibu pada ngedol anake (Banyak ibu yang menjual
anaknya)
8. Akeh wong wadon ngedol awakke (Banyak perempuan yang
menjual dirinya)
9. Akeh wong ijol bojo (Banyak orang yang tukar menukar
pasangan)
10. Akeh udan salah mongso (Sering terjadi hujan salah musim)
11. Akeh prawan tuwo (Banyak Perawan Tua)
12. Akeh rondo ngalairake anak (Banyak janda yang melahirkan
anak)
13. Akeh jabang bayi nggoleki bapake (Banyak bayi yang lahir
tanpa bapak)
14. Wong wodan ngalamar wong lanang (Perempuan melamar
laki-laki)
15. Wong lanang ngasorake, drajate dewe (Laki-laki
merendahkan derajatnya sendiri)
16. Akeh bocah kowar (Banyak anak lahir di luar nikah)
17. Rondo murah regane (Janda murah harganya)
18. Rondo ajine mung sak sen loro (Janda nilainya hanya satu
sen untuk dua)
19. Prawan rong sen loro (Perawan nilainya dua sen untuk dua)
20. Dudo pincang payu sangang wong (Duda berharga 9 orang)
Zamane zaman edan ( Zamannya Zaman Gila/Sinting)
1. Wong wadon nunggang jaran (Perempuan menunggang Kuda)
2. Wong lanang lungguh plengki (Laki-laki berpangku tangan)
3. Wong bener tenger-tenger (Orang yang benar cuma bisa
bengong)
4. Wong salah bungah-bungah (Orang yang melakukan kesalahan
berpesta pora)
5. Wong apik ditapik-tampik (Orang Baik disingkirkan)
6. Wong bejat munggah pangkat (Orang Yang kelakuannya bejat
malah naik pangkat)
7. Akeh ndandhang diunekake kuntul (Banyak komentar yang
tidak ada isinya)
8. Wong salah dianggap bener (Orang salah dianggap benar)
9. Wong lugu kebelenggu (Orang lugu dibelenggu)
10. Wong mulyo dikunjara (Orang mulia dipenjara)
11. Sing culika mulya, sing jujur kojur (Yang salah mulia,
yang jujur hancur)
12. Para laku dagang akeh sing keplanggrang (Pedagang banyak
yang menyeleweng)
13. Wong main akeh sing ndadi (Orang berjudi semakin menjadi)
14. Linak lijo linggo lica, lali anak lali bojo, lali tangga lali
konco (Lupa anak dan pasangan, lupa tetangga dan teman)
15. Duwit lan kringet mung dadi wolak-walik kertu (Uang dan
keringat hanya untuk berjudi)
16. Kertu gede dibukake, ngguyu pating cekakak (Kartu besar
dibuka, tertawa terbahak-bahak)
17. Ning mulih main kantonge kempes (Tapi waktu pulang main
kantongnya kosong)
18. Krugu bojo lan anak nangis ora di rewes (Denger anak istri
nangis tidak digubris)
Abote koyo ngopo sa bisa-bisane aja nganti wong kelut,keliring zaman
kalabendu iku.
(Berat seperti apapun jangan sampai kalut (lebih tepatnya) Seberat
apapun jangan sampai ikut larut dalam warna-warni zaman kalabendu)
Amargo zaman iku bakal sirno lan gantine joiku zaman ratu adil, zaman
kamulyan. Mula sing tatag, sing tabah, sing kukuh, jo kepranan ombyak
ing zaman Entenana zamanne kamulyan zamaning ratu adil
(Sebab jaman itu bakal sirna dan diganti dengan jaman Ratu adil, jaman
kemuliaan, karena itu jadilah manusia yang tegar, yang tabah, yang
kokoh, Jangan melakukan hal bodoh. Tunggulah jaman kemuliaan jamannya
Ratu adil)

Tidak ada komentar: