Rabu, 19 September 2007

BOGOR KOTA TUA

Bogor Kota Tua

Diatas puncak gunung kapur di Ciampea Bogor terdapat sebuah makom (petilasan), belum diketahui pasti tempat tersebut petilasan siapa, tetapi makom tersebut berada di puncak gunung kapur dimana puncaknya sendiri adalah batu-batu karang laut seperti umumnya batu karang yang ada di laut. Mungkin dahulu daerah tersebut memang sebuah bagian dari laut yang terendam sesudah jaman es mencair. Mungkin juga di tempat tersebut sudah ada peradaban pada saat air laut mulai surut.

Sayang sekali cerita itu tidak didukung dengan fakta-fakta serta cerita-cerita sejarah, atau mungkin fakta sejarah itu saat ini belum tergali/belum ditemukan.

Kampung Muara dekat tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah “Kota pelabuhan sungai” yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Menurut cerita, dahulu di dekat gunung kapur tersebut memang merupakan suatu pelabuhan yang biasa dikenal dengan nama dermaga, barangkali itulah sebabnya di sekitar Kampus IPB sekarang disebut daerah Darmaga. Hingga awal abad ke 19 tempat tersebut memang masih digunakan sebagai pelabuhan terutama oleh para pedagang bambu.

Kerajaan-kerajaan yang berhubungan dengan sejarah kota Bogor diantaranya adalah:

Kerajaan Salaka Nagara, rajanya bernama Dewawarman (I – VIII), tidak diketahui pasti kapan kerajaan ini berdiri, letak kerajaan Salaka Nagara ini diperkirakan berada di sekitar Pandeglang Banten, namun ada juga yang beranggapan bahwa letak Salaka Nagara ada di kaki gunung Salak di sebelah Barat kota Bogor. Menurut cerita kerajaan ini didirikan oleh seseorang yang bernama Aki Tirem, yang kemudian keturunannya mendirikan kerajaan Salaka Nagara, konon nama gunung Salak diambil dari asal kata Salaka.
Pada catatan sejarah India, para cendekiawan India telah menulis tentang nama Dwipantara atau kerajaan Jawa Dwipa di pulau Jawa sekitar 200 SM. Dan dari catatan itupun diketahui bahwa Kerajaan Taruma menguasai Jawa sekitar tahun 400 M. Salakanagara (kota Perak) pernah pula disebutkan dalam catatan yang disebut sebagai ARGYRE oleh Ptolemeus pada tahun 150 M.

Dari peninggalan sejarah yang berhasil ditemukan hingga saat ini, asal mula kota Bogor dapat ditelusuri mulai dari Ciaruteun, Ciampea. Di Ciaruteun terdapat sebuah prasasti peninggalan kerajaan Taruma Nagara (358 – 669 M), prasasti tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 450 M, jauh sebelum Kerajaan Pajajaran dan Majapahit serta kerajaan-kerajaan lainnya berdiri di Indonesia. Letak prasasti itu sendiri saat ini sudah dipindahkan, semula prasasti itu berada di tengah-tengah sungai Ciaruteun yang kemudian dipindahkan ke tepi karena prasasti tersebut beberapa kali terbawa arus pada saat banjir bandang di sungai Ciaruteun.
Selain itu di area yang sama terdapat pula prasasti lainnya yang biasa disebut dengan prasasti Tapak Gajah. Prasasti ini diperkirakan dibuat bersamaan dengan prasasti yang ada di sungai Ciaruteun. Arti dari isi prasasti ini kira-kira: “Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa”
Di salahsatu bagian kaki gunung Salak ada pula ditemukan sebuah prasasti di desa Jambu kampung Pasirgintung kecamatan Nanggung, oleh karena itu biasa disebut dengan Prasasti Jambu. Pada prasasti ini terukir 2 telapak kaki dan 2 baris huruf palawa dalam bahasa sansekerta, kemungkinan prasasti ini dibuat pada masa yang hampir bersamaan pula dengan dengan Prasasti Ciaruteun. Prasasti ini bertuliskan: “Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya”.

Pada prasasti Ciaruteun dipahat juga sepasang telapak kaki serta tulisan dengan huruf palawa dalam bahasa sansekerta, bunyi tulisan tersebut kira-kira “Inilah telapak kaki yang mulia Sang Purnawarman Raja Negeri Taruma yang gagah berani, yang menguasai dunia sebagai telapak kaki Dewa Wisnu”

Tidak diketahui dengan pasti mengapa prasasti-prasasti tersebut ada di daerah itu, apakah karena pusat pemerintahannya ada disana atau tempat tersebut merupakan salah satu tempat penting pada masa itu yang berada dikawasan kerajaan.

Pada masa Kerajaan Taruma Nagara kerajaan ini diperintah oleh 12 orang raja, berkuasa dari tahun 358 – 669 M.
Kerajaan Sunda, nama baru dari kerajaan Taruma Nagara, diperintah 28 orang raja, tahun 669 – 1333 M. Pada masa ini, kerajaan tersebut dipecah menjadi 2 bagian, di sebelah Barat bernama kerajaan Sunda dan di sebelah Timur bernama kerajaan Galuh dengan sungai Citarum sebagai batasnya.
Kerajaan Kawali, diperintah oleh 6 orang raja, tahun 1333 – 1482 M.
Kerajaan-kerajaan diatas adalah kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh “garis keturunan” yang sama.

Kerajaan Taruma didirikan oleh Jayasingawarman, keturunan-keturunan raja Kerajaan Taruma pergi ke luar wilayah kerajaan serta membentuk kerajaan-kerajaan baru di wilayah lain. Ini terlihat dari berdirinya kerajaan-kerajaan baru yang lebih “muda” usianya dibandingkan dengan kerajaan Taruma Nagara. Pada masa abad ke 7 hingga abad ke 14 kerajaan Sriwijaya berkembang di Sumatera. Penjelajah Tiongkok yang bernama I Ching pernah mengunjungi ibukotanya yaitu Palembang sekitar tahun 670. Pada abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan di Jawa Timur yaitu Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, yang bernama Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Mungkin karena senioritas atau karena kekerabatan atau juga karena sebab lainnya, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh tidak pernah dikuasai oleh kerajaan Majapahit.
Ada 2 orang keturunan Taruma Nagara yang menjadi raja besar diluar tanah Sunda:
1. Sanjaya / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama, raja ke 2 Kerajaan Sunda (723 – 732M), menjadi raja di Kerajaan Mataram (732 - 760M). Ia adalah pendiri Kerajaan Mataram Kuno, dan sekaligus pendiri Wangsa Sanjaya.
2. Raden Wijaya, penerus sah Kerajaan Sunda ke – 27, yang lahir di Pakuan, menjadi Raja Majapahit pertama (1293 – 1309 M).
Selain itu dikisahkan pula bahwa Putri Sobakancana anak dari Linggawarman, raja Taruma Nagara terakhir menjadi isteri Dapuntahyang Srijayanasa yang kemudian mendirikan kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
Di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja-raja daerah yang kekuasaannya membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa bagian Barat pada masa silam.
Kerajaan Galuh Pakuan (516 – 852 M), berada di sekitar wilayah kota Ciamis sekarang. Pendiri kerajaan Galuh adalah keturunan raja Taruma Nagara yang pergi menuju sekitar Selatan Jawa. Kerajaan Galuh didirikan oleh cicit dari Manikmaya, menantu Suryawarman (raja Taruma Nagara ke 7). Ada sebagian dari keturunan raja Galuh (yang juga keturunan Taruma Nagara) yang kemudian kembali menuju Utara dan mendirikan kerajaan dengan nama baru Pakuan Pajajaran. Sedangkan sebagian lainnya pergi menuju Timur untuk kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan baru di wilayah Jawa Tengah (Sanjaya, mendirikan Mataram) dan Jawa Timur (Raden Wijaya, mendirikan Majapahit).

Kerajaan Pakuan Pajajaran biasa disebut kerajaan Pajajaran saja (1482 – 1579 M). Pada masa kejayaannya kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang sangat terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja dengan gelar Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja pada usia 18 tahun. Raja tersebut terkenal dengan “ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan”.

Pusat kota Pajajaran ini terdapat di sekitar wilayah Batutulis sekarang, ini diketahui dari ditemukannya sisa-sisa bekas bangunan istana yang ditemukan di sekitar wilayah itu. Ini terungkap dalam ekspedisi yang dilakukan pihak VOC sebelum menguasai suatu wilayah baru.

Untuk kesejahteraan rakyatnya yang sebagian besar bertani dan juga untuk menghalangi serangan pihak musuh maka pada masa itu dibuat sebuat sodetan sungai yang sekarang dikenal dengan nama kali Cidepit dan Cipakancilan. Sungai Cidepit dan Cipakancilan adalah sungai buatan yang sumber airnya berasal dari sungai Cisadane.

Sama seperti kerajaan sebelumnya, kerajaan Pajajaran sendiri pada masa kejayaannya sudah menjalin hubungan dagang dengan negara-negara di Asia, Timur Tengah serta Eropa. Pelabuhan lautnya ada di Sunda Kalapa yang kemudian berubah nama menjadi Batavia dan kemudian berubah lagi menjadi Jakarta yang sekarang.

Prabu Siliwangi memiliki beberapa orang anak dari beberapa orang isteri. Dari istrinya yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda (beragama Islam) (puteri Prabu Susuktunggal, raja kerajaan Sunda) keturunan-keturunannya pergi mengembara serta membangun wilayah pesisir Utara di wilayah Karawang. Dari istrinya yang bernama Subang Larang (beragama Islam) (puteri Ki Gedeng Tapa yang menjadi raja Singapura), Prabu Siliwangi memiliki 3 orang anak yaitu Kian Santang, Lara Santang dan Cakrabuana. Kian Santang adalah anaknya yang paling sakti serta memiliki ilmu yang sangat tinggi, konon dalam menuntut ilmu Islam Kian Santang mengembara hingga ke Timur Tengah. Ada juga kisah yang menceritakan bahwa Kian Santang dapat pergi menuju Pelabuanratu melalui sebuah goa besar yang terdapat di sungai Ciliwung (dulu bernama cihaliwung). Letak goa itu sendiri sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukannya, tetapi dari mitos yang berkembang letak goa itu berada di leuwi sipatahunan, sebuah bagian sungai yang paling dalam yang sekarang berada di tengah-tengah lokasi kebun raya Bogor. Bagi kalangan spiritual, leuwi sipatahunan ini konon memiliki aura misteri yang sangat kuat. Lara Santang mengembara hingga ke Sumatera dan daratan Asia, menyebarkan agama Islam yang di Sumatera dikenal dengan nama Ibu Syarifah Mudaif. Lara Santang adalah ibu dari Syarif Hidayatullah, raja Cirebon yang pada tahun 1579 ikut menyerang ke Pajajaran. Cakrabuana mengembara di sekitar wilayah Cirebon, menurut cerita versi Pajajaran beliau yang mendirikan asal muasal kota Cirebon.

Perbedaan yang mencolok antara Ibu Subang Larang dengan Ibu Kentring Manik Mayang Sunda adalah keunggulannya yang berbeda; Ibu Subang Larang mencerminkan sosok ibu yang idealnya seperti seorang ibu sedangkan Ibu Kentring Manik Mayang Sunda mencerminkan sosok seorang wanita yang perkasa dan mandiri. Bagi sebagian orang Bogor, Ibu Subang Larang-lah yang biasa disebut dengan nama Ibu Ratu bukan Nyai Roro Kidul seperti yang diyakini sebagian masyarakat.
Menurut cerita, Prabu Siliwangi tidak meninggal dunia tetapi beliau menghilang (sunda:ngahiyang), karena itulah makam Prabu Siliwangi tidak pernah ditemukan hingga saat ini. Legenda masyarakat yang berkembang mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menghilang dan kadang-kadang menampakan diri dengan wujud seekor harimau besar. Mungkin ini dihubungkan dengan seorang anggota ekspedisi pimpinan Scipio pada tahun 1687 yang diterkam harimau besar di tepi sungai Cisadane di sekitar prasasti Batutulis.

Pada masa masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ada 4 orang patih Pajajaran yang terkenal:
Ranggagading, paling sakti dan bertindak sebagai pimpinan para patih, petilasan Ranggagading dapat ditemukan di desa Cipinang Gading di Batutulis Bogor. Entah bagaimana cerita ini bermula tapi ada sebagian orang yang mempercayai bahwa Ranggagading-lah yang selama ini disebut-sebut sebagai patih Gajahmada di kerajaan Majapahit.
Ranggawulung, petilasannya ada di dekat kota Subang
Ranggadipa, petilasannya ada di dekat kaki gunung kapur Ciampea
Ranggasukma, hingga saat ini petilasannya belum ditemukan

Di sekitar kota Bogor banyak “nama-nama lama” peninggalan bekas kerajaan Pajajaran pada saat masih berdiri, misalnya Lawang Gintung, Lawang Saketeng, Pamoyanan, Pasirkuda, Cibalagung, Pagentongan, Balekambang, Panaragan, Pagelaran dan lain-lain.

Peninggalan kerajaan Pajajaran yang terkenal adalah prasasti Batutulis, isi prasasti ini kira-kira berarti: “Semoga selamat, ini adalah tanda peringatan untuk Prabu Ratu almarhum. Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana dinobatkan dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran. Sri sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit pertahanan Pakuan, dia putra Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusalarang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, undakan untuk hutan Samida dan Sahiyang Talaga Rena Mahawijaya. Dibuat dalam saka 1455.” Selain prasasti banyak pula peninggalan-peninggalan kerajaan Pajajaran yang ditemukan di sekitar komplek ini, salah satunya adalah bangunan sisa kerajaan Pajajaran (ditemukan oleh Scipio, seorang ekspedisi Belanda pada tahun 1687) pada saat sesudah dibumihanguskan pada tahun 1579 oleh Kerajaan Banten (Maulana Yusuf) yang berkoalisi dengan Kesultanan Cirebon (Syarief Hidayatullah).
Kerajaan Pajajaran dibumihanguskan oleh Kerajaan Banten dan Cirebon karena Raja Pajajaran pada saat itu menolak untuk di-Islamkan, agama “resmi” kerajaan yang dianut saat itu adalah agama Sunda (Sunda Wiwitan?). Konon agama Sunda memang tidak mensyaratkan untuk membangun tempat peribadatan khusus, oleh karena itu maka sisa-sisa peninggalan yang berupa bangunan mirip candi hampir tidak ditemukan di Jawa Barat.

Pada saat pembumihangusan, raja terakhir kerajaan Pajajaran yang bernama Raga Mulya (1567 – 1579) ikut tewas terbunuh dan sebagian dari para pangeran yang tidak terbunuh lari menuju pakidulan, Selatan Bogor (desa Sirnaresmi di sekitar Pelabuanratu) untuk kemudian menuju ke arah pakulonan, menuju ke Barat (sekarang propinsi Banten), menurut cerita ada anggapan bahwa kemungkinan mereka inilah yang menjadi cikal bakal dari masyarakat Badui yang kita kenal sekarang.

Prasasti Batutulis dibuat oleh Prabu Surawisesa pada tahun 1533 M dengan maksud memperingati jasa-jasa ayahandanya Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi yang sakti. Selain itu di Batutulis tersebut adalah tempat upacara dilantiknya raja-raja Pajajaran yang disebut dengan upacara Kuwerabhakti.

Sri Baduga Maharaja adalah raja Pajajaran terbesar yang memerintah dari tahun 1482 sampai 1521 M. Pelantikan Sri Baduga Maharaja sebagai raja Pajajaran itu sendiri dilakukan pada saat Sri Baduga Maharaja memindahkan ibukota kerajaan dari Galuh ke Pajajaran (Bogor) pada tanggal 3 Juni 1482. Maka tanggal itulah yang kemudian secara resmi oleh pemerintah ditetapkan sebagai hari jadi kota Bogor, walapun ada juga yang mengganggap bahwa tanggal tersebut terlalu “muda” untuk dijadikan penetapan hari jadi sebuah kota sesusia kota Bogor.

Konon kehancuran kerajaan Pajajaran disebabkan pula oleh adanya penghianatan dari “orang dalam” yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Raga Mulya (Suryakancana). Setelah kehancuran kerajaan Pajajaran pada tahun 1579 dan larinya para pangeran kerajaan maka terputuslah sejarah kerajaan ini. Sesuai tradisi, kursi singgasana milik kerajaan Pajajaran oleh Maulana Yusuf ikut diboyong menuju Banten yang secara simbolis menyatakan bahwa kerajaan Pajajaran tidak akan berdiri lagi. Inipun menandakan bahwa kekuasaan kerajaan Pajajaran sebenarnya telah beralih ke Maulana Yusuf dari Banten. Terlebih dengan berdirinya VOC beberapa tahun kemudian yaitu tahun 1602 yang memanfaatkan perbedaan pendapat dan perpecahan diantara kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, maka berakhirlah sudah masa kerajaan Pajajaran.
Pada tahun 1681 Belanda menandatangani kesepakatan dengan kesultanan Cirebon dan tahun 1684 Belanda menandatangani kesepakatan dengan kesultanan Banten. Maka ditetapkanlah batas wilayahnya yaitu sungai Cisadane, untuk itu dilakukan sebuah ekspedisi untuk mencari sisa-sisa kerajaan Pajajaran pada tahun 1687 seperti diceritakan diatas.

Cerita ini sebagian bersumber dari catatan dan fakta sejarah dan sebagian lagi dari sebuah cerita yang diceritakan dan diceritakan lagi serta diceritakan lagi secara turun temurun oleh para pangeran kerajaan yang berhasil melarikan diri hingga kemudian cerita ini berubah menjadi sebuah cerita rakyat dan kemudian ada yang berkembang menjadi sebuah mitos.

Tidak seperti kisah sejarah “versi pemerintah” yang terdapat dalam buku-buku sejarah SD, SMP dan SMA bahwa yang selama ini selalu disebut-sebut sebagai awal mula peradaban di Indonesia (pulau Jawa) adalah Kerajaan Mataram kuno. Dalam buku sejarah “versi pemerintah” tersebut sedikit sekali tulisan tentang kerajaan Tarumanagara bahkan kerajaan Pajajaran tidak disebutkan samasekali. Maka dalam uraian singkat ini kami mencoba menggali lebih dalam lagi ke masa sebelum adanya Kerajaan Mataram agar tidak ada fakta sejarah yang diputarbalikan hanya demi sebuah kepentingan segelintir orang.

Demikian sejarah singkat kota tua Bogor. Tulisan ini memang hanya menceritakan dari awal sejarah dapat terungkap sampai dengan hari jadi kota Bogor. Kesalahan serta kurang lengkapnya nama, tahun dan lokasi kejadian sejarah bukanlah sebuah kesengajaan tapi semata-mata karena kurang lengkapnya referensi kami.

Silsilah kerajaan di Jawa Barat

KERAJAAN SALAKANAGARA

Masa pemerintahan kerajaan ini dari tahun 200 SM (menurut catatan sejarah dari India yang menyebutnya sebagai Java Dwipa) sampai tahun 362 M. Tokoh awal dari kerajaan ini bernama Aki Tirem. Kerajaan ini berkedudukan di Teluk Lada Pandeglang namun ada juga yang menyatakan kerajaan ini berkedudukan di sebelah Barat Kota Bogor di kaki gunung Salak, konon nama gunung Salak diambil dari kata Salaka.

1. Dewawarman I
2. Dewawarman II
3. Dewawarman III
4. Dewawarman IV
5. Dewawarman V
6. Dewawarman VI
7. Dewawarman VII
8. Dewawarman VIII

KERAJAAN TARUMANAGARA

1. Jayasingawarman (358 – 382) dia adalah menantu dari Dewawarman VIII
2. Dharmayawarman (382 – 395)
3. Purnawarman (395 – 434)
4. Wisnuwarman (434 – 455)
5. Indrawarman (455 – 515)
6. Candrawarman (515 – 535)
7. Suryawarman (535 – 561)
Tahun 526 menantu Suryawarman yang bernama Manikmaya mendirikan kerajaan baru di wilayah Timur (dekat Nagreg Garut) yang kemudian cicit dari Manikmaya yang bernama Wretikandayun mendirikan kerajaan baru tahun 612 yang kemudian dikenal dengan nama kerajaan Galuh.
8. Kertawarman (561 – 628)
9. Sudhawarman (628 – 639)
10. Hariwangsawarman (639 – 640)
11. Nagajayawarman (640 – 666)
12. Linggawarman (666 – 669)
Anak Linggawarman yang bernama Sobakancana menikah dengan Daputahyang Srijayanasa yang kemudian mendirikan kerajaan Sriwijaya. Anaknya yang bernama Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kemudian melanjutkan kerajaan Tarumanagara dengan nama kerajaan Sunda. Karena Tarusbawa merubah nama kerajaan Tarumanagara menjadi kerajaan Sunda maka Wretikandayun pada tahun 612 menyatakan kerajaan Galuh adalah sebagai kerajaan yang berdiri sendiri bukan dibawah kekuasaan kerajaan Sunda walaupun sebenarnya kerajaan-kerajaan itu diperintah oleh garis keturunan yang sama hanya ibukotanya saja yang berpindah-pindah (Sunda, Pakuan, Galuh, Kawali, Saunggalah).

KERAJAAN SUNDA/GALUH/SAUNGGALAH/PAKUAN

1. Tarusbawa (670 – 723)
2. Sanjaya/Harisdarma/Rakeyan Jamri (723 –732) ibu dari Sanjaya adalah putri Sanaha dari Kalingga sedangkan ayahnya adalah Bratasenawa (raja ke 3 kerajaan Galuh) Sanjaya adalah cicit dari Wretikandayun (kerajaan Galuh) Sanjaya kemudian menikah dengan anak perempuan Tarusbawa yang bernama Tejakancana.
3. Rakeyan Panabaran/Tamperan Barmawijaya (732 - 739) adalah anak Sanjaya dari istrinya Tejakancana. Sanjaya sendiri sebagai penerus ke 2 kerajaan Sunda kemudian memilih berkedudukan di Kalingga yang kemudian mendirikan kerajaan Mataram Kuno dan wangsa Sanjaya (mulai 732)
4. Rakeyan Banga (739 – 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)
6. Prabu Gilingwesi (783 – 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (795 – 819)
8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus (819 – 891)
9. Prabu Darmaraksa (891 – 895)
10. Windusakti Prabu Dewageng (895 – 913)
11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)
12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (916 – 942)
13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)
14. Limbur Kancana (954 – 964)
15. Prabu Munding Ganawirya (964 – 973)
16. Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung (973 – 989)
17. Prabu Brajawisesa (989 – 1012)
18. Prabu Dewa Sanghyang (1012 – 1019)
19. Prabu Sanghyang Ageng (1019 – 1030)
20. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati (1030 – 1042) Ayah Sri Jayabupati (Sanghyang Ageng) menikah dengan putri dari Sriwijaya (ibu dari Sri Jayabupati) sedangkan Sri Jayabupati sendiri menikah dengan putri Dharmawangsa (adik Dewi Laksmi istri dari Airlangga)
21. Raja Sunda XXI
22. Raja Sunda XXII
23. Raja Sunda XXIII
24. Raja Sunda XXIV
25. Prabu Guru Dharmasiksa
26. Rakeyan Jayadarma, istri Rakeyan Jayadarma adalah Dyah Singamurti/Dyah Lembu Tal anak dari Mahesa Campaka, Mahesa Campaka adalah anak dari Mahesa Wongateleng, Mahesa Wongateleng adalah anak dari Ken Arok dan Ken Dedes dari kerajaan Singasari.
Anak Rakeyan Jayadarma dengan Dyah Singamurti bernama Sang Nararya Sanggrama Wijaya atau lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya. Karena Jayadarma meninggal di usia muda dan Dyah Singamurti tidak mau tinggal lebih lama di Pakuan maka pindahlah Dyah Singamurti dan anaknya Raden Wijaya ke Jawa Timur yang kemudian Raden Wijaya menjadi Raja Majapahit pertama.
27. Prabu Ragasuci (1297 – 1303) dia adalah adik dari Rakeyan Jayadarma. Istri Ragasuci bernama Dara Puspa seorang putri dari Kerajaan Melayu. Dara Puspa adalah adik Dara Kencana (yang menikah dengan Kertanegara dari Singasari).
28. Prabu Citraganda (1303 – 1311)
29. Prabu Lingga Dewata (1311 – 1333)
30. Prabu Ajigunawisesa (1333 – 1340) menantu Prabu Lingga Dewata
31. Prabu Maharaja Lingga Buana (1340 – 1357)
32. Prabu Mangkubumi Suradipati/Prabu Bunisora (1357 – 1371) adik Lingga Buana
33. Prabu Raja Wastu/Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475) anak dari Prabu Lingga Buana. Istri pertamanya bernama Larasarkati dari Lampung memiliki anak bernama Sang Haliwungan setelah menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Susuktunggal. Permaisuri keduanya adalah Mayangsari putri sulung Prabu Mangkubumi Suradipati/Bunisora memiliki anak yang bernama Ningrat Kancana setelah menjadi Raja Galuh bergelar Prabu Dewaniskala.
Setelah Prabu Raja Wastu meninggal dunia kerajaan dipecah menjadi 2 dengan hak serta wewenang yang sama, Prabu Susuktunggal menjadi raja di kerajaan Sunda sedangkan Prabu Dewaniskala menjadi raja di kerajaan Galuh.
Putra Prabu Dewaniskala bernama Jayadewata, mula-mula menikah dengan Ambetkasih putri dari Ki Gedeng Sindangkasih kemudian menikah lagi dengan Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa yang menjadi raja Singapura) setelah itu ia menikah lagi dengan Kentringmanik Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal.
Pada tahun 1482 Prabu Dewaniskala menyerahkan kekuasaan kerajaan Galuh kepada puteranya (Jayadewata), demikian pula dengan Prabu Susuktunggal, ia menyerahkan tahta kerajaan kepada menantunya (Jayadewata), maka jadilah Jayadewata sebagai penguasa kerajaan Galuh dan Sunda dengan gelar Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.

KERAJAAN PAJAJARAN

1. Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi (1482 – 1521)
Pada masa inilah kerajaan Pajajaran mengalami kemajuan serta kemakmuran.
2. Surawisesa (1521 – 1535)
3. Ratu Dewata (1535 – 1543)
4. Ratu Sakti (1543 – 1551)
5. Raga Mulya (1551 – 1579)
Sekelumit tentang kisah kerajaan Pajajaran sampai dengan tanggal penetapan hari jadi kota Bogor telah ditulis dibagian awal dari tulisan ini.

Penutup

Kami berharap kisah/cerita/fakta sejarah dapat diungkap dengan proporsional karena selama ini saya dan juga bangsa Indonesia lainnya merasa telah “tertipu” oleh politik Soeharto yang mengagung-agungkan orang Jawa/Mataram dengan menyembunyikan fakta sejarah yang sebenarnya hanya untuk kepentingan politiknya saja. Mengapa tidak pernah disebutkan bahwa wangsa Sanjaya pendiri Mataram Kuno adalah seorang putra Sunda? Demikian pula dengan sejarah Majapahit, kenapa tidak pernah pula disebutkan bahwa Raden Wijaya raja pertama Majapahit adalah seorang putera Sunda? dan sumpah Palapa-nya Gajahmada, apakah Majapahit pernah berhasil menguasai Sunda dan Galuh? Jawabannya: tidak pernah. Siapa sebenarnya Gajahmada? Dimana dia lahir? Siapa nama orangtuanya? Kapan dia meninggal? Dimana dia dimakamkan? Tidak ada seorangpun yang tahu pasti, oleh karena itulah maka ada orang yang beranggapan bahwa Ranggagading dari Pakuan-lah yang selama ini disebut-sebut sebagai Gajahmada patih kerajaan Majapahit. Mungkin sama seperti tokoh Si Kabayan, tidak ada yang tahu asal usulnya, jadi siapapun boleh saja mengatakan bahwa di kampung merekalah adanya makam Kabayan.

Bila kita bandingkan dengan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, maka kerajaan Salakanagara di Jawa Barat-lah yang pantas dikatakan sebagai kerajaan tua, dan dari situlah seharusnya asal muasal sejarah Indonesia ini diungkapkan dengan benar.

Mudah-mudahan kejadian “penipuan sejarah” tidak terulang lagi dimasa yang akan datang, terlepas dari keuntungan politik yang akan diperoleh, walau bagaimananpun juga masyarakat tentu akan lebih menghargai informasi yang jujur.


Tadinya saya hanya mencari-cari asal-usul nama jalan di seputaran Dago, yaitu jalan Purnawarman, Sawunggaling, Mundinglaya, Ciungwanara, Ranggagading, Ranggamalela, Ranggagempol, Hariangbanga, Geusan Ulun, Adipati Kertabumi, Dipati Ukur, Suryakancana, Wira Angunangun, Ariajipang, Prabu Dimuntur, Bahureksa, Wastukancana, Gajah Lumantung, Sulanjana, Badaksinga, Bagusrangin, Panatayuda, dan Singaperbangsa. Tidak banyak yang saya dapat dari pencarian Google, juga tidak punya buku referensi untuk saya dongengkan kembali. Jadi hanya saya tulis asal-usul Sunda saja, mungkin nanti saya temukan juga dongeng atau pun sejarah tentang nama-nama jalan di atas.

Disadur, diringkas, dipotong dan didongengkan kembali oleh saya dari situs catatan sejarah kota Bogor. Silakan baca langsung sumbernya jika anda berminat membaca lebih detil.

Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya, Tarumanagara. Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13 ingin mengembalikan keharuman Tarumanagara yang semakin menurun di purasaba (ibukota) Sundapura. Pada tahun 670M ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (selanjutnya punya nama lain yang menunjukkan wilayah/pemerintahan yang sama seperti Galuh, Kawali, Pakuan atau Pajajaran).


Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Maharaja Tarusbawa menerima tuntutan Raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batas (Cianjur ke Barat wilayah Sunda, Bandung ke Timur wilayah Galuh).

Menurut sejarah kota Ciamis pembagian wilayah Sunda-Galuh adalah sebagai berikut:

Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan
Galuh Pakuan beribukota di Kawali
Galuh Sindula yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili
Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan
Galuh Kalangon berlokasi di Roban beribukota Medang Pangramesan
Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan
Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman
Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan
Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo
Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan
Tarusbawa bersahabat baik dengan raja Galuh Bratasenawa atau Sena. Purbasora –yang termasuk cucu pendiri Galuh– melancarkan perebutan tahta Galuh di tahun 716M karena merasa lebih berhak naik tahta daripada Sena. Sena melarikan diri ke Kalingga (istri Sena; Sanaha, adalah cucu Maharani Sima ratu Kalingga).

Sanjaya, anak Sena, ingin menuntut balas kepada Purbasora. Sanjaya mendapat mandat memimpin Kerajaan Sunda karena ia adalah menantu Tarusbawa. Galuh yang dipimpin Purbasora diserang habis-habisan hingga yang selamat hanya satu senapati kerajaan, yaitu Balangantrang.

Sanjaya yang hanya berniat balas dendam terpaksa harus naik tahta juga sebagai Raja Galuh, sebagai Raja Sunda ia pun harus berada di Sundapura. Sunda-Galuh disatukan kembali hingga akhirnya Galuh diserahkan kepada tangan kanannya yaitu Premana Dikusuma yang beristri Naganingrum yang memiliki anak bernama Surotama alias Manarah.

Premana Dikusuma adalah cucu Purbasora, harus tunduk kepada Sanjaya yang membunuh kakeknya, tapi juga hormat karena Sanjaya disegani, bahkan disebut rajaresi karena nilai keagamaannya yang kuat dan memiliki sifat seperti Purnawarman. Premana menikah dengan Dewi Pangreyep –keluarga kerajaan Sunda– sebagai ikatan politik.

Di tahun 732M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Medang dari orang tuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara putranya, Tamperan dan Resiguru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resiguru Demunawan.

Premana akhirnya lebih sering bertapa dan urusan kerajaan dipegang oleh Tamperan yang merupakan ‘mata dan telinga’ bagi Sanjaya. Tamperan terlibat skandal dengan Pangreyep hingga lahirlah Banga (dalam cerita rakyat disebut Hariangbanga). Tamperan menyuruh pembunuh bayaran membunuh Premana yang bertapa yang akhirnya pembunuh itu dibunuh juga, tapi semuanya tercium oleh Balangantrang.

Balangantrang dengan Manarah merencanakan balas dendam. Dalam cerita rakyat Manarah dikenal sebagai Ciung Wanara. Bersama pasukan Geger Sunten yang dibangun di wilayah Kuningan Manarah menyerang Galuh dalam semalam, semua ditawan kecuali Banga dibebaskan. Namun kemudian Banga membebaskan kedua orang tuanya hingga terjadi pertempuran yang mengakibatkan Tamperan dan Pangreyep tewas serta Banga kalah menyerah.

Perang saudara tersebut terdengar oleh Sanjaya yang memimpin Medang atas titah ayahnya. Sanjaya kemudian menyerang Manarah tapi Manarah sudah bersiap-siap, perang terjadi lagi namun dilerai oleh Demunawan, dan akhirnya disepakati Galuh diserahkan kepada Manarah dan Sunda kepada Banga.

Konflik terus terjadi, kehadiran orang Galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum, sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Karena konflik tersebut, tiap Raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan tempat kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan. Dengan demikian, pusat pemerintahan itu berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya. Antara tahun 895M sampai tahun 1311M kawasan Jawa Barat diramaikan sewaktu-waktu oleh iring-iringan rombongan raja baru yang pindah tempat.

Dari segi budaya orang Sunda dikenal sebagai orang gunung karena banyak menetap di kaki gunung dan orang Galuh sebagai orang air. Dari faktor inilah secara turun temurun dongeng Sakadang Monyet jeung Sakadang Kuya disampaikan.

Hingga pemerintahan Ragasuci (1297M–1303M) gejala ibukota mulai bergeser ke arah timur ke Saunggalah hingga sering disebut Kawali (kuali tempat air). Ragasuci sebenarnya bukan putra mahkota. Raja sebelumnya, yaitu Jayadarma, beristrikan Dyah Singamurti dari Jawa Timur dan memiliki putra mahkota Sanggramawijaya, lebih dikenal sebagai Raden Wijaya, lahir di Pakuan. Jayadarma kemudian wafat tapi istrinya dan Raden Wijaya tidak ingin tinggal di Pakuan, kembali ke Jawa Timur.

Kelak Raden Wijaya mendirikan Majapahit yang besar, hingga jaman Hayam Wuruk dan Gajah Mada mempersatukan seluruh nusantara, kecuali kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin Linggabuana, yang gugur bersama anak gadisnya Dyah Pitaloka Citraresmi pada perang Bubat tahun 1357M. Sejak peristiwa Bubat, kerabat keraton Kawali ditabukan berjodoh dengan kerabat keraton Majapahit.

Menurut Kidung Sundayana, inti kisah Perang Bubat adalah sebagai berikut (dikutip dari JawaPalace):

Tersebut negara Majapahit dengan raja Hayam Wuruk, putra perkasa kesayangan seluruh rakyat, konon ceritanya penjelmaan dewa Kama, berbudi luhur, arif bijaksana, tetapi juga bagaikan singa dalam peperangan. Inilah raja terbesar di seluruh Jawa bergelar Rajasanagara. Daerah taklukannya sampai Papua dan menjadi sanjungan empu Prapanca dalam Negarakertagama. Makmur negaranya, kondang kemana-mana. Namun sang raja belum kawin rupanya. Mengapa demikian? Ternyata belum dijumpai seorang permaisuri. Konon ceritanya, ia menginginkan isteri yang bisa dihormati dan dicintai rakyat dan kebanggaan raja Majapahit. Dalam pencarian seorang calon permaisuri inilah terdengar khabar putri Sunda nan cantik jelita yang mengawali dari Kidung Sundayana.

Apakah arti kehormatan dan keharuman sang raja yang bertumpuk dipundaknya, seluruh Nusantara sujud di hadapannya. Tetapi engkau satu, jiwanya yang senantiasa menjerit meminta pada yang kuasa akan kehadiran jodohnya. Terdengarlah khabar bahwa ada raja Sunda (Kerajaan Kahuripan) yang memiliki putri nan cantik rupawan dengan nama Diah Pitaloka Citrasemi.

Setelah selesai musyawarah sang raja Hayam Wuruk mengutus untuk meminang putri Sunda tersebut melalui perantara yang bernama tuan Anepaken, utusan sang raja tiba di kerajaan Sunda. Setelah lamaran diterima, direstuilah putrinya untuk di pinang sang prabu Hayam Wuruk. Ratusan rakyat menghantar sang putri beserta raja dan punggawa menuju pantai, tapi tiba-tiba dilihatnya laut berwarna merah bagaikan darah. Ini diartikan tanda-tanda buruk bahwa diperkirakan putri raja ini tidak akan kembali lagi ke tanah airnya. Tanda ini tidak dihiraukan, dengan tetap berprasangka baik kepada raja tanah Jawa yang akan menjadi menantunya.

Sepuluh hari telah berlalu sampailah di desa Bubat, yaitu tempat penyambutan dari kerajaan Majapahit bertemu. Semuanya bergembira kecuali Gajahmada, yang berkeberatan menyambut putri raja Kahuripan tersebut, dimana ia menganggap putri tersebut akan “dihadiahkan” kepada sang raja. Sedangkan dari pihak kerajaan Sunda, putri tersebut akan “di pinang” oleh sang raja. Dalam dialog antara utusan dari kerajaan Sunda dengan patih Gajahmada, terjadi saling ketersinggungan dan berakibat terjadinya sesuatu peperangan besar antara keduanya sampai terbunuhnya raja Sunda dan putri Diah Pitaloka oleh karena bunuh diri. Setelah selesai pertempuran, datanglah sang Hayam Wuruk yang mendapati calon pinangannya telah meninggal, sehingga sang raja tak dapat menanggung kepedihan hatinya, yang tak lama kemudian akhirnya mangkat. Demikian inti Kidung.

Sunda-Galuh kemudian dipimpin oleh Niskala Wastukancana, turun temurun hingga beberapa puluh tahun kemudian Kerajaan Sunda mengalami keemasan pada masa Sri Baduga Maharaja, Sunda-Galuh dalam prasasti disebut sebagai Pajajaran dan Sri Baduga disebut oleh rakyat sebagai Siliwangi, dan kembali ibukota pindah ke barat.

Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki 6 buah Jung (kapal laut model Cina) untuk perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).

Selain tahun 1511 Portugis menguasai Malaka, VOC masuk Sunda Kalapa, Kerajaan Islam Banten, Cirebon dan Demak semakin tumbuh membuat kerajaan besar Sunda-Galuh Pajajaran semakin terpuruk hingga perlahan-lahan pudar, ditambah dengan hubungan dagang Pajajaran-Portugis dicurigai kerajaan di sekeliling Pajajaran. Stop.

Lanjut!

Setelah Kerajaan Sunda-Galuh-Pajajaran memudar kerajaan-kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran mulai bangkit dan berdiri-sendiri, salah satunya adalah Kerajaan Sumedang Larang (ibukotanya kini menjadi Kota Sumedang). Kerajaan Sumedang Larang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Adji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan kembali ke Pakuan Pajajaran, Bogor.

Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama (terutama penyebaran Islam), militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putranya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata/Rangga Gempol I atau yang dikenal dengan Raden Aria Suradiwangsa naik tahta. Namun, pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan, pada tahun 1620M Sumedang Larang dijadikan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai ‘kerajaan’ diubah menjadi ‘kabupaten’.

Sultan Agung memberi perintah kepada Rangga Gempol I beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan sementara diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede. Hingga suatu ketika, pasukan Kerajan Banten datang menyerbu dan karena setengah kekuatan militer kabupaten Sumedang Larang diberangkatkan ke Madura atas titah Sultan Agung, Rangga Gede tidak mampu menahan serangan pasukan Banten dan akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur. Sekali lagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan. Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung, diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggungjawabannya dan akhirnya tertangkap dari persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah Priangan.

Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang, sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan Galuh (Ciamis) dibagi kepada tiga bagian; Pertama, Kabupaten Bandung, yang dipimpin oleh Tumenggung Wiraangunangun, kedua, Kabupaten Parakanmuncang oleh Tanubaya dan ketiga, kabupaten Sukapura yang dipimpin oleh Tumenggung Wiradegdaha atau R. Wirawangsa atau dikenal dengan “Dalem Sawidak” karena memiliki anak yang sangat banyak.

Selanjutnya Sultan Agung mengutus Penembahan Galuh bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayuda atau Adipati Kertabumi III (anak Prabu Dimuntur, keturunan Geusan Ulun) untuk menduduki Rangkas Sumedang (Sebelah Timur Citarum). Selain itu juga mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakansapi dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat. Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa, karawaan.

Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putra Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (Bupati) di Karawang, pada Tahun 1656M. Adipati Kertabumi IV ini juga dikenal sebagai Panembahan Singaperbangsa atau Eyang Manggung, dengan ibu kota di Udug-udug. Pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta putra Panembahan Singaperbangsa yang bergelar R.A.A. Panatayuda I antara Tahun 1679M dan 1721M ibu kota Karawang dari Udug-udug pindah ke Karawang. Stop.

Jadi nama jalan Sawunggaling, Mundinglaya, Ranggagading, Ranggamalela, Suryakancana, Ariajipang, Bahureksa, Gajah Lumantung, Sulanjana, Badaksinga dan Bagusrangin belum saya temukan dongeng atau sejarahnya, sebagian –kalau tidak salah ingat– adalah tokoh-tokoh dalam cerita rakyat Lutung Kasarung.

SUNDA NUSANTARA SEBAGAI INDUK BANGSA

Sunda Nusantara merupakan salah satu sejarah yang sangat perlu kita pelajari dan kita ungkap bersama.
Dengan sepintas orang dikacaukan dengan nama Sunda Kelapa. Pada dasarnya walaupun ada kemiripan nama, tetapi mempunyai makna lain. Sunda Kelapa identik dengan Batavia, Betawi, Jayakarta, Jakarta sebagi Ibu Kota Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia sekarang ini.

Sedangkan Sunda Nusantara merupakan suatu Negara yang berbentuk Kerajaan dengan Pemerintahannya berdasarkan Konstitusi Parlementer Demokrasi Sejati Reformasi Kerakyatan dan Kemakmuran Bangsa Sunda Tanah Air di daratan Sunda Nusantara.
Wilayah: Sunda Nusantara memiliki wilayah yang terbentang dari barat sampai timur dari Jawa sampai dengan Papuniginia (Irian), bentangan dari selatan sampai dengan utara, mulai dari Timor sampai dengan selat Malaka-Singapura.

[Sisanya dihapus, hanya copy paste dari http://www.mail-archive.com/kisunda@yahoogroups.com/msg04126.html]


Suryakencana adalah nama seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu: Prabu Sakti dan Prabu Siliwangi.
arKawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Beliau bersama rakyat jin menjadikan alun2 sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.

Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading. Sumber air yang berada ditengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.

Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.

Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawah Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak.

Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa.

Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum. Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.

Hari gini masih ada yang mau memproklamirkan Kerajaan Sunda Nusantara di Bogor beberapa waktu yang lalu. Bila mereka belajar sejarah, sudah ada 2 penerus sah dari tahta KERAJAAN SUNDA tempo dulu yang menjadi raja besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Yaitu, Raja ke 2, SANJAYA / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama (Raja Sunda di tahun 723 – 732M), yang kemudian menjadi raja di Kerajaan MATARAM (Hindu) (732 - 760M), dan 1 lagi, RADEN WIJAYA, penerus sah Kerajaan Sunda ke – 27, yang lahir di Pakuan, menjadi Raja MAJAPAHIT pertama (1293 – 1309 M).

SANJAYA / Rakeyan Jamri / Prabu Harisdama (723 – 732M)
Cicit Wretikandayun, pendiri kerajaan Galuh, ini bernama RAKEYAN JAMRI. Sebagai penguasa Kerajaan Sunda ia dikenal dengan nama PRABU HARISDARMA dan kemudian setelah menguasai Kerajaan Galuh ia lebih dikenal dengan SANJAYA.
Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Maharani SIMA of KALINGGA / Kerajaan MEDANG.
Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA / SANNA, raja GALUH ke 3, teman dekat Tarusbawa. Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta GALUH oleh Purbasora. Purbasora dan Sena adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah.
Sebagai ahli waris Kalingga, SANJAYA kemudian menjadi penguasa Kalingga Utara yang disebut Bumi MATARAM dalam tahun 732 M. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada puteranya dari TEJAKENCANA, TAMPERAN atau RAKEYAN PANARABAN.

RADEN WIJAYA, Raja MAJAPAHIT pertama (1293 – 1309 M).
Menurut PUSTAKA RAJYARAJYA i BHUMI NUSANTARA parwa II sarga 3:
RAKEYAN JAYADARMA, anak PRABU DHARMASIKSA (Raja Kerajaan Sunda ke 25), adalah menantu MAHISA CAMPAKA di Jawa Timur karena ia berjodoh dengan DYAH SINGAMURTI alias DYAH LEMBU TAL.
Mahisa Campaka adalah anak dari MAHISA WONGATELENG, yang merupakan anak dari KEN ANGROK dan KEN DEDES dari kerajaan SINGHASARI.
Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal berputera SANG NARARYA SANGGRAMAWIJAYA atau lebih dikenal dengan nama RADEN WIJAYA (lahir di PAKUAN). Dengan kata lain, Raden Wijaya adalah turunan ke 4 dari Ken Angrok, dari pihak ibu.
Karena RAKEYAN JAYADARMA wafat dalam usia muda, Lembu Tal tidak bersedia tinggal lebih lama di Pakuan. Akhirnya Raden Wijaya dan ibunya diantarkan ke Jawa Timur. Dalam BABAD TANAH JAWI, Wijaya disebut pula JAKA SUSURUH yang kemudian menjadi Raja MAJAPAHIT yang pertama.
Kematian Jayadarma mengosongkan kedudukan putera mahkota karena Wijaya berada di Jawa Timur
Jadi, sebenarnya, RADEN WIJAYA, Raja MAJAPAHIT pertama, adalah penerus sah dari tahta Kerajaan Sunda yang ke-27.


GENEAOLOGY OF THE EMPEROR OF SUNDA NUSANTARA-
THE SUNDA ARCHIPELAGO -SUNDA MAINLAND-
SUNDA PASIFIC-SUNDA MALAY-ASIA MINOR.

130 Yr. AC
------------
SERI BADUGA MAHARAJA -------Ibu Kota
PRABU MAHADEWA DEWA WARMAN Kerajaan di
------------------------- Salaka Nagara
I (Ujung Kulon
II Bantan/Banten)
III
IV
!
!
!
_______________________!____________________________
| | ! | | |
(1) (2) (3)VII (4) (5) (6)
NYAI RATU MENDANG ! PRABU PRABU PRABU
RARA KAMOLAN ! MULA- ADITYA- BRAM-
PURBASARI PRABU ! WARMAN WARMAN BANGAN
ATAU SYALENDRA/ !
NYAI RATU (PRABU !
RARA KIDUL BRAWIJAYA) !
!
VIII
!
!
SERI BADUGA MAHARAJA
PRABU
NISKALA WASTU KENCANA
!
!
SERI BADUGA MAHARAJA
PRABU -----1467-1474
WANGI ANGGALARANG
(SILIWANGI)
!
!
_____________________!_____________________
| ! |
PANGERAN ! PANGERAN
PRABU ! PRABU
SINGAPORE ! MALAKA
!
!
SERI BADUGA MAHARAJA
DEWA TAPRANA PRABU GURU RATU HAJI
(PRABU SILIWANGI)
(1474-1513)
MENIKAH DENGAN PUTERI SUMBANG KRANCANG
SULTAN MALAKA
!
!
!
NYAI RATU RARA SANTANG
(Al Syarifah Siti Muda'im)
wafat di Madinah 1528
MENIKAH DENGAN SYARIEF ABDULLAH AL MISRI
(RAJA MESIR)
GE KE XXII
GUSTI RASUL MUHAMMAD SAW
!
!
!
(1513-1552)
KAISAR
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN SYARIEF HIDAYATULLAH AL MISRI
(SUNAN GUNUNG JATI/JATI PURBA)
Ibu kota di Charuban/Cirebon dan
dikenal oleh negara-negara di dunia
MENIKAH
CROWN PRINCE
KANJENG GUSTI RATU PREMBAYUN
(PUTERI TERTUA MAHARAJA/KESULTANAN
DEMAK, EMPEROR SULTAN FATAH
PUTERA TERTUA
dari KERAJAAN MAJAPAHIT:
EMPEROR PRABU BRAWIJAYA V)
!
!
______________________!
| !
PANGERAN !
JAPARA !
WAFAT DI BANTAN !
!
(1552-1570)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA HASANUDIN AL MISRI/
MAULANA SABA KIN-KING
Ibu kota dipindahkan dari Charuban(Cirebon)
ke Taruma Nagara (Sunda Kelapa)
!
!
(1570-1580)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA YUSUF AL MISRI
!
!
(1580-1596)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN SYARIEF MAULANA MUHAMMAD AL MISRI
!
!
(1596-1640)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN ABUL MAFACHIR RACHMATULLAH AL MISRI
!
!
(1640-1651)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
SUSUHUNAN ABUL MA'ALI ACHMAD RACHMATULLAH AL MISRI/
KYAI AGENG TIRTAYASA
!
!
(1651-1675)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KANJENG SULTAN AGUNG ABUL TATGHI ABDUL FATAH AL MISRI/
KAISAR SULTAN WANGI AGENG TIRTAYASA
!
!
(1675-1687)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN ABUN NAZAR ABDUL KAHAR AL MISRI
!
!
(1690-1733)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN ZAINUL ABIDIN AL MISRI
!
!
(1733-1747)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN
ABUL FATAH MUHAMMAD SYAFEI ZAINUL ARIFIN AL MISRI
!
!
(1753-1777)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN ZAINUL ASIKIN AL MISRI
!
!
(1777-1802)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN MAHA ALI'OEDDIN AL MISRI
!
!
(1802-1810-1811)
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN ACHMAD AL MISRI
berkedudukan
di Istana Merdeka,Istana Cipanas,Istana Bogor,
Istana Serosowan Bantan
(Inti sejarah kedatangan
SIR THOMAS STANFORD RAFLLES (France)/1811
1808-1815:
Belanda merupakan bagian dari pendudukan Perancis)
di tipu oleh STANFORD RAFLLES
ditinggal sendirian
di pulau Banda Maluku (Sunda Kecil Sunda Nusantara)
dengan tangan diikat
Wafat : 1840 di Desa Burakan Rembang Jawa Tengah
!
!
!
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN ABDULAH AL MISRI
berkedudukan di Istana Cipanas, Bogor
wafat 1860
!
!
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
PANGERAN GUNAWAN MARTAKUSUMAH AL MISRI
!
!
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
PANGERAN ABDULLAH HALIM PRAWITA PURNAMA AL MISRI
!
!
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KAISAR SULTAN
ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI
WAFAT DI BOGOR 12 NOVEMBER 1989
!
!
SERI BADUGA BAGINDA MAHARAJA
KANJENG GUSTI PANGERAN
HADIPATI HARYA RACHMATULLAH HEROENINGRAT
SILIWANGI AL MISRI II/
HIS IMPERIAL MAJESTY SERI PADUKA YANG MAHA MULYA
BAGINDA MAHARAJA MAJESTY KAISER KANGJENG MAHA PAGUSTEN
EMPEROR SULTAN AGUNG MAHA PRABU SYARIEF ABUL MAFACHIR
MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI II
(lahir di Jakarta 30 september 1963)
Legal Crown of THE Monarchies of the Sovereign
Emperor of the Sovereign Empire of Sunda-Sunda Maindland-
The Sunda-Archipelago or the Sunda-Nusantara-Pasific-
a Greater part of the Pasific-the Mountain-Pasific
in the part of-the Pasific Sunda-Malay-Asia-Minor.
The Empire Parlementer was
Manual Democratie, Basically the Religons and Humanity
************************************
**Ketikan ini sumbangsih pemerhati sejarah yang perlu di pelajari dan di teliti lebih dalam akan Sejarah Sunda Nusantara Induk Bangsa (akar sejarah Ibu pertiwi kita) yang hingga kini belum dapat terselesaikan. Informasi Sejarah/Silsilah Kerajaan Sunda Nusantara ini di dapat dari dokumen resmi Al Misri II di Jakarta. Semoga Informasi ini dapat bermanfaat untuk mengenal lebih jauh akar sejarah ibu pertiwi kita.

Maaf ada yang salah pengetikan dalam silsilah Kerajaan Sunda Nusantara yang seharusnya

130 Yr. AC
------------
SERI BADUGA MAHARAJA -------Ibu Kota
PRABU MAHADEWA DEWA WARMAN Kerajaan di
------------------------- Salaka Nagara
I (Ujung Kulon
II Bantan/Banten)
III
IV
V
VI
!
_______________________!____________________________
| | ! | | |
(1) (2) (3)VII (4) (5) (6)
NYAI RATU MENDANG ! PRABU PRABU PRABU
RARA KAMOLAN ! MULA- ADITYA- BRAM-
PURBASARI PRABU ! WARMAN WARMAN BANGAN
ATAU SYALENDRA/ !
NYAI RATU (PRABU !
RARA KIDUL BRAWIJAYA) !
!
VIII
!
!
dst


PERCAYA ATAU TIDAK PERCAYA KERAJAAN SUNDA NUSANTARA ADA YANG TAK LUPUT DARI KUASA TUHAN YANG MAHA ESA (Allah SWT)

Ketikan ini merupakan sumbangsih pemerhati sejarah dan sebagai sebagian pembuktian serta pengetahuan yang harus perlu di teliti lebih dalam, akan keberadaan dari Kerajaan Maharaja Sunda, Benua Sunda, Sunda Nusantara (atau Sunda Archipelago;Sunda Besar dan Sunda Kecil) Sunda Pacific, Sunda Malay, Asia Minor dengan mencakup seluruh kesatuan wilayah Sunda (Teritorrial Integrity), Sunda Territory, Sunda Geography adalah merupakan bukti atau fakta yang tidak dapat dibantah/dipungkiri/diubah/disembunyikan/dihilangkan sejak berabad-abad yang lalu, pada masa sekarang, masa yang akan datang bahkan hingga akhir zaman sekalipun; kita tak dapat lari dari kenyataan sejarah : WE CANNOT ESCAPE FROM HISTORY (ABRAHAM LINCOLN)

Informasi ini menunjukkan sepak terjang seorang Kaisar Kerajaan Sunda Nusantara yang berjuang untuk meluruskan sejarah dan kemakmuran rakyatnya sebagai amanat Ayahnya dan para leluhur Kaisar Sunda Nusantara. Keberadaan Kerajaan Sunda Nusantara sebagai Induk bangsa dan akar sejarah ibu pertiwi kita semenjak wafatnya Al Misri II keberadaannya tercoreng buruk oleh sekelompok orang. Keluarga Kerajaan Sunda Nusantara bukan lah orang tidak berpendidikan yang di beritakan di media masa. Walaupun keberadaanya tidak di perhatikan oleh Pemerintah RI bahkan kabarnya di tindas oleh sekelompok orang militan di Curug sekitar tahun 1976. Syukur Alhamdulilah berkat perjuangan untuk hidup, keturunan Al Misri dan Al Misri II dapat sekolah di luar negri dan di beberapa Universitas ternama di Indonesia dan berkerja di berbagai instansi pemerintah. Semenjak wafatnya Al Misri II pihak keluarga kerajaan bersepakat untuk tidak melanjutkan perjuangannya karena tidak bisa mengemban amanah yang berat itu jadi pihak Keluarga bersepakat untuk mengembalikan masalah ini ke pemerintah Republik Indonesia. Kemunculan berita adanya sebuah organisasi sunda nusantara merupakan sekelompok orang yang sangat berani mau mencoba bermain api politik padahal dari pihak keluarga kerajaan sepakat tidak mempermasalahkan ini kembali semenjak wafatnya Al Misri II. Ketika pemberitaan munculnya FKMSN saya melihat di Metro TV bahwa wartawan Metro TV mencoba mencari fakta di balik itu dengan mengunjungi salah satu keluarga Kerajaan Sunda Nusantara di Jakarta dan di Bogor dan tanggapan dari salah satu Keluarga Kerajaan yang namanya hampir serupa dengan nama panjang Al Misri II. Beliau mengatakan Tanya saja kepada pemerintah RI dan mengenai kemunculan FKMS beliau berkata saya baru tau itu di TV dan saya tidak pernah bergabung dengan forum itu bahkan tidak pernah kenal dengan mereka.

Ketikan di bawah ini adalah informasi keberadaan Kaisar yang telah dipublikasikan di berbabagai surat kabar nasional maupun internasional seperti yang saya dapat dari Koran Merdeka dan Inti jaya pada tanggal 4 oktober 1998 dan Inti Jaya 20-26 November 1998 dengan judul Penguasa Mengkhianati Bangsa Sendiri, Datang Seorang Kaisar, Persatukan Indonesia(Koran Inti Jaya) dan Indonesia Menduduki Wilayah Kekuasaan Wilayah Saya (Koran Merdeka)

Kekaisaran Sunda Nusantara yang dulu megah dan termasyur, kini tinggal kenangan dan puing-puing bangunan. Bangunan indah dan tumpukan puing-puing itu meninggalkan panorama wisata yang menarik. Karena itu bangunan kekaisaran tersebut dijadikan objek wisata terpesona . Di tengah krisis bangsa yang berkepanjangan saat ini, muncul pengakuan seorang laki-laki berusia 36 tahun sebagai Kaisar Sunda Nusantara asal Bogor, Jawa Barat, keturunan Prabu Siliwangi yang bergelar Kaisar Maharaja Syarief Abul Mafachir Muhammad Heroeningrat Al Misri II. Kaisar Al Misri II, pria setengah baya yang tampak parlente, berwibawa dan mengaku berdarah biru, kekaisaran Sunda Nusantara terus mengalir dalam denyut nadinya. Pengakuan laki-laki setengah baya sebagai keturunan kaisar tersebut terlihat ketika Inti Jaya mencoba mendapatkan silsilah kaisar sampai pada garis Al Misri II yang berjuang untuk menyelesaikan sengketa wilayah kekaisaran dengan Indonesia. Kepada Inti Jaya, Al Misri II mengisahkan panjang lebar bahwa beliau sebagai kaisar Sunda Nusantara keturunan dari Raja Maharaja Sultan Ahmad (tahun 1810) keturunan dari Prabu siliwangi dan Brawijaya V Mojopahit. Putra dari almarhum yang wafat pada usia 85 tahun dan dimakamkan di Curug , Tanggerang tanggal 12 November 1989 di Bogor. Disebutkan gelar yang diembannya hingga kini adalah Majesty Sri Paduka Yang Mulia Baginda Maharaja Kaisar Kanjeng Pangusten Emperor Sultan Agung Prabu Syarief abul Mafachir Heroeningrat Siliwangi Al Misri II.
Saya siap bertanggung jawab bila terjadi sesuatu di kemudian hari. “katanya dengan suara tegas. Terasa aneh memang, karena fenomena ini seperti menegaskan kehadiran seorang yang mengada-ada selama ini, di wilayah Sunda, kekuasaan kerajaan jelas sudah terkubur sejarah. Tinggal puing-puing, tempat dan bangunan yang tak lebih dari sekedar obyek wisata. Al Misri II mengaku kemunculannya kembali, setelah sekian lama menahan diri karena kehidupan politik dan upaya demoktratisasi di Indonesia tidak banyak menyelesaikan masalah. Untuk menuju penyelesaian, katanya Indonesia harus menganut sistem Negara Monarki democrat Parlementer. Dengan sistem ini katanya yang memerintah adalah seorang Perdana Menteri dan Kaisar sebagai symbol kesatuan bangsa di Nusantara. Pikiran dan Inspirasi itu muncul dari sanubari sang kaisar ketika melihat drama sengketa wilayah kekuasaan Kekaisaran Nusantara dengan Indonesia hingga saat ini.

Bangsa dan Negara Indonesia saat ini tengah di landa berbagai krisis. Cobaan demi cobaan bangkit lewat berbagai peristiwa berdarah merengut banyak korban jiwa. Korban kekerasan selama reformasi menjadi beban bagi bangsa dan Negara. Mereka gugur ditangan saudaranya sendiri yang berbasiskan kekerasan oknum-okmun aparat di balik penguasa yang tidak bertanggung jawab. “Sebaliknya penguasa janganlah mengkhianati bangsa sendiri, karena nantinya berdampak pada memecah belah suku bangsa. “tegas Al Misri II, putra mahkota keturunan Prabu Siliwangi terakhir kepada Inti Jaya, di Jakarta.

Lebih lanjut dikatakannya, bila krisis semakin memanas, lalu dihadapi dengan kekerasan bahkan terkesan mengandu domba masyarakat, maka sebaiknya diselesaikan dengan kepala dingin. “Rakyat kita di masa sebelum reformasi maupun di tengah reformasi tidak pernah menikmati hidup secara normal. Mereka selalu bertemankan kesulitan, kesusahan sembako. Karena pemerintah atau siapa saja yang merasa memiliki kekuatan untuk mengandu domba rakyat dengan uang. “ujarnya.

Menanggapi adegan politik serta permainan pasar yang menyulitkan ekonomi rakyat kecil, Al Misri II Kaisar Sunda Nusantara mengatakan, semuanya bermula dari ulah pemerintah. Karena itu, sebaiknya jangan menyesengkarakan rakyat yang sudah jatuh tertimpa tangga lagi.

Sebagai bangsa Sunda Nusantara yang sejarahnya direkayasa Belanda, menurut Al Misri II, membuat Indonesia saling bermusuhan dan mengotak-kotakan bangsa ini. “Ini sangat disayangkan karena perlu dijaga kesinambungan. Dengan modal persatuan dan kesatuan bangsa sangat diharapkan agar bangsa ini tidak hancur hanya akibat ulah satu orang. “tutur Kaisar Sunda Nusantara itu tadi. Karena itu lanjutnya, agar bangsa ini tidak hancur, sebaiknya pemerintah sebagai pemimpin jangan lupa mereformasi diri.

Untuk membantu mengatasi kesulitan ekonomi bangsa, putra mahkota Keturunan Syah Prabu siliwangi terakhir, Kaisar Sunda Nusantara Maha Prabu Syarief Abul Mafachir Moehammad Heroeningrat ( Al Misri II) terus melakukan negoisasi internasional dengan dunia luar guna mendapatkan dana memperbaiki kehidupan rakyat. Rakyat bangsa Indonesia sebagai titipan dari Kerajaan Sunda Nusantara yang kini menjadi Indonesia., Al Misri II, katanya, punya kewajiban moral yang tinggi guna memperbaiki nasib bangsanya. Hal itu di tempuhnya sebagai panggilan pengabdian untuk melanjutkan perjuangannya ayahnya yang telah mempersatukan nusantara pada abad 16 hingga 18 SM (Sebelum Masehi).

Rakyat di era reformasi ini katanya, tertindas oleh penguasa baik rezim lama terutama titipan kekuasaan kepada rezim penerusnya kini “Janganlah melonggarkan krisis ini sampai berlarut, Karena akan menjadi incaran bangsa lain untuk bisa menjajah dan menguasai bangsa kita. “Ujarnya.

Hendaknya krisis bangsa tidak sampai membelah bangsa menjadi bagian-bagian. Karena Kepulauan Nusantara , katanya, dipersatukan dengan perjuangan mati-matian oleh para Kaisar dahulu. Al Misri II, yang menentang konsep Negara federal.

Dikatakan, bila Indonesia yang sudah bersatu, lalu kemudian dipecah belah hanya kepentingan politik individu, maka akan sulit untuk dipersatukan. “Sejarah bangsa yang telah dimanipulasi penguasa zaman pra-reformasi hingga kini harus kembali diluruskan ,”harapnya.

Berdasarkan dokumen-dokumen tentang Kerajaan Sunda Nusantara, Al Misri II sebenarnya seseorang laki-laki biasa, bapak dua anak. Sambil memeperlihatkan dokumen berupa sejumlah catatan yang dibawa sekretarisnya Al Misri II menegaskan beliau memiliki wilayah kekuasaan dari tahta Kaisar Maharaja Sunda Nusantara . Dokumen yang dilengkapi stempel Kerajaan Maharaja Sunda Nusantara, memperlihatkan kekuasaan Kekaisaran mencakup kepulauan Sunda Besar : Jawa., Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua Guniea (Irian), juga termasuk Sunda Kecil Madura, Bali, Flores, lombok, Maluku, dan Tmor (Timor Timur). Wilayah itu merupakan keutuhan dan kedaulatan kekaisaran Maharaja Sunda dari tahun 1810. Kaisarnya waktu itu Seri Baginda Kaisar Maharaja sultan Achmad yang ditipu oleh Thomas Stanford Raffles. Ia ditinggalkan sendirian ketika diajak berburu di pulau Sunda Banda, “jelasnya yakin. Seluruh wilayah Nusantara, tambahnya , dikuasai Raffles dengan cara menipu , lalu kekuasaan diberikan pada Williem Herman Daendels tahun 1816. Dalam perjalanan sejarah, akhirnya seluruh wilayah dikuasai Republik Indonesia yang merupakan Negara baru karangan Prof Adolf Bastian seorang Jerman berkewaganegaraan Belanda. Data tersebut oleh Al Misri II di jadikan sebagai dasar untuk mempermasalahkan kependudukan RI di atas wilayah kekuasaannya. Tak tanggung-tanggung beliau sudah membawa sengketa wilayah kekaisaran dengan Indonesia ke Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dan kasusnya sedang diproses. Lebih lanjut dikatakan baginya, seluruh wilayah kedaulatan kekaisaran akan diambil alih. Karena semua itu diambil secara tidak sah menurut hukum internasional dan hukum alam sejak tahun 1945. Tak hanya itu, Al Misri II meminta pembayaran dari penghasilan dan pendapatan atas wilayah kesatuan Negara kerajaan Sunda. Termasuk pengembalian hak milik pribadi keluarga Kerajaan. Serta menuntut dikembalikannya Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Surosoan Banten milik Kerajaannya

Keberadaan Al Misri II di jaman Order Baru sangat di takuti keberadaannya. Kerena itu tidak heran jika beberapa anggota keluarga Al Misri II pernah mendekap di sel karena di curigai akan berbuat makar. Namun keberadaan mereka diakui dunia Internasional, maka penahanannya tidak lebih dari 2 hari. Di tempat yang sama Al Misri II melalui sekretaris pribadinya , Menunjukkan CD (Corps Diplomatics). Dengan kartu CD yang isinya Simbol, bendera, keterangan, cap kerajaan, dan tanda tangan kaisar dapat dengan mudah dalam urusannya ke luar negeri. Karenanya, kata beliau, CD telah diuji kebenarannya saat dirinya membuat paspor Ke Brunei Darussalam. Diakuinya, hanya dalam waktu 3 jam semuanya telah selesai. Hal itu tak lain dari pengakuan hukum-hukum internasional yang mengakui keberadaan kekaisaran Sunda Nusantara. Al Misri II pernah melayangkan surat kepada pemerintah RI tahun 1976-1995. Mereka mengirimkan sebuah resolusi pada Menteri Dalam Negeri, Ketua DPR/MPR. Tanggal 14 April 1993 juga melayangkan resolusi pada masa Soeharto berkuasa sebagai ketua gerakan Non Blok, di Istana Merdeka. Belum lama ini, menurutnya sebuah resolusi juga dikirim kepada Presiden BJ Habibie. Kepada Merdeka surat tersebut diperlihatkan dan tertera nomor 99. Ed/ Rmaha/ Internat: Resol/Internat Settl/ South SE Asia, 14 September 1998 Very Imeddiate To Day Top Secret, dengan tanda terima oleh Mubaro lewat SekNeg. Menyertai surat tersebut juga diberikan surat untuk DPR/MPR, Menteri Dalam Negeri yang dilengkapi dengan nomor surat sesuai dengan missi kaisar. Menurutnya Raja Al Misri II mempunyai hubungan diplomatic dengan kerajaan-kerajaan di dunia seperti Inggris, Jepang, dan Belanda.
Selain itu Al Misri II selalu mengutamakan hubungan baik dengan pemerintah RI dengan berkunjung ke kediaman beberapa Tokoh Nasional dan diplomasi ke beberapa Negara melalui surat dan kunjungannya. Wallahualam biis sawab.


UNTUK PARA PEMIMPIN,TOKOH, dan
RAKYAT SEBANGSA SETANAH AIR (INDONESIA,sejak 1945-sekarang)

Sumber :
Dokumen dan Nasehat/Pesan langsung sebelum wafatnya
Alm Al-Misri II di Jakarta Sunda (TARUMANEGARA)
(SUNDA KELAPA)
Dari :
Pariban di Jakarta Sunda (TARUMANEGARA) (SUNDA KELAPA)

Bismillahirrohmannirrohiim

REFORMASI/NASEHAT yang perlu disampaikan, oleh dan dari pimpinan yang tertinggi Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan KERAJAAN MAHARAJA SUNDA-SUNDA NUSANTARA-
SUNDA ARCHIPELAGO or SUNDA PASIFIC or SUNDA MINDLAND or SUNDA MALAY or ASIA MINOR (Induk Bangsa dan Akar sejarah bangsa atau Bangsa yang sengaja di hilangkan Pra Perang Dunia Ke II) :
Alm.SERI BADUGA MAHARAJA KANJENG GUSTI PANGERAN HADIPATI HARYA RACHMATULLAH HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI II atau HIS IMPERIAL MAJESTY SERI PADUKA YANG MAHA MULYA BAGINDA MAHARAJA MAJESTY KAISER KANGJENG MAHA PAGUSTEN EMPEROR SULTAN AGUNG MAHA PRABU SYARIEF ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI (Al Misri II)
Legal Crown of The Monarchies of the Sovereign Emperor of the Sovereign Empire of Sunda-Sunda Maindland-The Sunda-Archipelago or the Sunda-Nusantara-Pasific-a Greater part of the Pasific-the Mountain-Pasific
in the part of-the Pasific Sunda-Malay-Asia-Minor.
The Empire Parlementer was Manual Democratie, Basically the Religons and Humanity

*)Reformasi di Negeri ini adalah merupakan gaung dari hakikatnya suatu KE-BENAR-AN yang mutlak. Kebenaran yang tidak akan pernah bisa DI-SALAH-KAN, disepanjang waktu selama dunia ini masih berputar, dan matahari tetap terbit, adalah hakikatnya Swara Mahardika yang selama ini TER-KALAH-KAN oleh sebuah kepentingan Politik dan Kemerdekaan yang hanya sebuah retorika belaka.
*)Rintangan pasti datang menghadang, cobaan pasti datang menghujam namun yakinlah bahwa KE-BENAR-AN AKAN TETAP MENANG. Sebuah Falsafah, yang saya percaya bahwa kita semua sama-sama yakini yaitu: CEPAT atau LAMBAT KE-BENAR-AN AKAN TETAP MENANG.
*)Situasi dan kondisi tatanan pemerintahan yang telah kehilangan kepercayaan dari hampir sebagian Rakyat, serta terpuruknya keadaan Ekonomi Nasional yang mewujudkan kondisi Dis-integrasi sosial yang kita sama-sama tak dapat pungkiri bahwa tidak terlepas kemungkinan rentan terhadap Dis-integrasi Bangsa bisa saja terjadi.
*)Hilangnya JATI DIRI BANGSA (Kebebasan berbicara dan berpendapat telah menyimpang dari makna sesungguhnya, sehingga menimbulkan situasi dan kondisi bangsa ini, sepertinya sudah tidak lagi mengganggap bahwa KONSTITUSI di negeri ini masih ada)
*)Reformasi bukan untuk merusak kepentingan Rakyat - Reformasi bukan untuk memecah belah Persatuan dan Kesatuan Bangsa - Reformasi bukan untuk kepentingan golongan - Reformasi bukan untuk merubah Etika dan Budaya Bangsa - Reformasi bukan untuk merubah Idiologi Panca Sila dan Undang - undang Dasar ‘45 - Reformasi bukan untuk memberikan kebebasan negara lain mencampuri urusan dalam negeri. Akan tetapi Reformasi adalah untuk MEM-BENAR-KAN KE-BENAR-AN secara total. Melaksanakan keta’atan pada UUD’45 dengan benar - Melaksanakan falsafah bangsa dengan benar - Ber ETIKA dan Ber BUDAYA yang benar - Ber BANGSA dan Ber NEGARA yang benar didalam suatu keta’atan bersama pada tatanan yang tentu saja benar, sesuai sebagaimana yang dikehendaki reformasi itu sendiri.
*)Hilangnya stabilitas Politik dan Keamanan - Hilangnya Kepercayaan Rakyat Banyak – Hilangnya kekuatan ekonomi bangsa - Hilangnya Harga diri bangsa (Yang kelangsungan hidupnya hanya ada tergantung pada bentuk pinjaman dari negara lain )
*)Telah terjadi Dis Integrasi Sosial
*)KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) yang TIDAK JELAS kriterianya sehingga meng-kaburkan makna yang sesungguhnya, dan akan dapat menimbulkan ke simpang siuran dalam berpendapat…,
*)TANDA TANYA BESAR terhadap diantara kebimbangan dan kegelisahan yang berkepanjangan terhadap sebuah bayangan Harapan Hidup yang lebih baik di masa yang akan datang, sebagai rakyat dari suatu Bangsa yang Merdeka

Kesimpulan :
SEGERA MENGAMBIL/MENENTUKAN SIKAP APA YANG MESTI DAN HARUS DIPERBUAT UNTUK KEPENTINGAN BANGSA DAN NEGERI INI SESUAI SEPERTI APA YANG DIKEHENDAKI OLEH REFORMASI – SIAPA YANG MESTI DAN HARUS BERBUAT ITU – DAN BAGAIMANA CARANYA TANPA MEMPERTIMBANGKAN KEPENTINGAN INDIVIDU MAUPUN GOLONGAN DENGAN CATATAN KITA ADALAH SATU NUSA DAN SATU BANGSA DENGAN MEMPELAJARI MASA LALU APA DAN BAGAIMANA BANGSA DAN NEGARA INI HIDUP BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM KEJAYAAN DIMATA DUNIA.

Idea/Pendapat :
·)Benarkan Ke-Benar-an Sejarah Bangsa (Karena didalamnya terkandung suatu hikmah yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap…berfikir).
”WE CAN NOT ESCAPE FROM HISTORY” (Abraham Lincoln).
·)Kembalikan segala sesuatu yang hilang dari bangsa dan negeri ini. (Etika dan Budaya Bangsa – Moral Bangsa – Perjuangan Bangsa – Tanggung Jawab sebagai Bangsa – Identitas Bangsa dengan segala Budi Pekertinya- Dan sebagainya.)
·)Kembalikan AGAMA pada tempatnya yang Hak.
·)Wujudkan secara jernih Persatuan dan Kesatuan Nasional dengan menghargai (Saling menghargai) Hak Hak Azasi Manusianya secara se-utuhnya (Manusia dari sebuah bangsa yang memiliki Etika dan Budaya diseluruh Kepulauan Nusantara dari Sabang hingga Marauke ini)
·)Tentukan sebuah system untuk Tatanan berbangsa dan bernegara tanpa campur tangan Negara lain (Hak suatu Bangsa dari sebuah negara yang Merdeka sesuai KAA 1955 di Bandung, atau pasti ada terdapat dalam International Role of Law, atau silahkan dicari oleh dan dari Disiplin Ilmu)

TTD
(SERI BADUGA MAHARAJA KANJENG GUSTI PANGERAN HADIPATI HARYA RACHMATULLAH HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI II atau HIS IMPERIAL MAJESTY SERI PADUKA YANG MAHA MULYA BAGINDA MAHARAJA MAJESTY KAISER KANGJENG MAHA PAGUSTEN EMPEROR SULTAN AGUNG MAHA PRABU SYARIEF ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD HEROENINGRAT SILIWANGI AL MISRI (Al Misri II)

************************************
NATION
---------
SUATU KE-BANGSA-AN DARI SEBUAH BANGSA DISUATU
WILAYAH INTERNASIONAL (INTERNATIONAL INTEGRITY)
YANG MERDEKA

KEPULAUAN SUNDA NUSANTARA/SUNDA ARCHIPELAGO
-----------------------------------
!
!
!
!
130 Yr.AC
-----------
1. SUNDA ARCHIPELAGO or
2. SUNDA MAINDLAND or
3. SUNDA MALAY or
4. SUNDA PACIFIC or
5. ASIA MINOR
-------------------------------------
!
!
!
KEP. SUNDA BESAR
(Malacca-Andalas-Borneo-Celebes-Java-New Guinea (Papua New Guinea))
KEP. SUNDA KECIL
(Molucca-Bali-Lombok-Sumbawa-Sumba-Flores-Timor-(NTB-NTT))
--------------------------------------------------------
!
!
!
BENUA SUNDA
----------------
!
!
!
!
THE GREATER SUNDA ISLAND
--------------------------------
!
!
!
INTERNATIONAL TERRITORIAL INTEGRITY
-----------------------------------------------
!
!
!
!
MAINS NATION/
INDUK BANGSA
----------------
NATION

Assalamualaikum, Wr Wb
sinareng hurmat,
kahatur ka sadaya anu ngiring dina iyeu situs, nepangkeun jisim abdi wasta R Wijaya Kusumah Khodamul ummah Al_ fakir R Wijaya Kusumah, asli sukabumi jawa_barat, sateacan kuring ngiring nambihan ieu babad, langkung ti payun kuring ngahaturkeun nuhun ka kang jay nu tos ngiring ngaguar babad sunda, nu denget ieu masih pabalieut.kanggo tambihan kuring masihan bongbolong ka sadayana urang sunda, saumpamina peryogi silsilah kerajaan Padjajaran ti awal dugi ka ayeuna nu masih jumeneng, babadna aya di cinunuk - wanaraja - Garut.
mung perkawis silsilah anu di guar ku Pariban,kahade ulah di percaya kumargi eta SESAT DAN MENYESATKAN. malih denget ieu jalmi anu ngaku - Raja padjajaran, Prabu, titisan Soekarno, nuju di adili di Pengadilan Negeri cibadak Sukabumi- jawa Barat.
anu katelah KASUS ROMO.
anu penting ayeunamah yen saha - saha jalma anu ngaku urang sunda, tareh Padjajaran kudu silih asih, silih asah, silih asuh, sauyunan. ulah bangga ku payung butut, namung kudu diteang elmu na para karuhun urang, kunaon pangna Prabu Jaya DewataPrana dipasihan gelar Prabu Siliwangi, kunaon pangna prabu Walangsungsang disebut prabu cakrabuana, Gentar bumi, jeng 47 julukan sanesna, kunaon Prabu Surawisesa disebut Prabu mundinglaya dikusumah,sadayana dipikaasih, dipika cinta di mumule ku urang Sunda…?nyaeta ku Elmuna, ku Sifatna, Ku Welas asihna ka sasama jalma, lain ukur ka Urang Sunda hungkul tapi ka sagala mahluk Hirup.hayu babarengan teangan Tarekat Wali,sangkan urang jadi jalma nu di pikaridho ku Allah SWT,mun bisa kakarak urang bisa neruskeun perjuangan para Karuhun Urang, kakarak didinya bakal nitis ilmuna ( lain Ruh )para karuhun, kakarak didinya urang bagal menang Layang Salaka Domas nu dijaga ku Guriang Tujuh ( lain barang tapi Elmu Laduni ). ieu kabeh boal bisa mun eweh Rohmat Allah SWT.
SIAPKEUN WADAHNA HEULA…KAKARA ISINA NYOCOR SORANGAN KALAYAN IZIN,RIDHO,WIDI GUSTI ALLAH SWT.

2 komentar:

jondiganteng mengatakan...

Assalamualaikum Baginda Raja,Perkenalkan Nama Saya Jondi Dri Handoko,Putera ( Bp. Darmosono - Almarhum )Adiknya ( Bp.Pur.KOlonel Chasinu,Mantan Bupati Lamongan Periode Tahun 1970- 1980 - Almarhum ) Keluarga Besar Eyang TIRTADISASTRA,Yang Pernah Main Kerumah Anda Sekitar Tahun 2001 Dan Sempat Ngobrol Bahkan Berkenalan Dengan Anak-Anak Anda Tapi Saya Lupa Namanya.
Saya Sangat Berharap Agar Sejarah Tentang Ahli Waris Kerajaan Sunda Kelapa Tidak Hanya Memuat Data Tentang Anda Tapi Semua Ahli Waris Yang Masih Hidup Seperti Saya Di Tulis Di Website Anda Agar Bisa Meluruskan Sejarah Dan Menjadi Sedikit Sempurna,Oke Salam Sejahtera Semoga Sehat Selalu...!

jondiganteng mengatakan...

Data Kontak Saya : Jondi Dri Handoko Tlp.031.92288283 - 08880.4933831 Mudah-mudahan kita masih bisa bertemu ngobrol bareng cerita tentang masa lalu